Budidaya Kentang Granola Sistem Aeroponik

Budidaya Kentang Granola
0 Komentar

Lebih Produktif Kualitas Tinggi

BANDUNG BARAT-Menjaga ketahanan pangan mulai dari tingkatan desa, Pemerintahan Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) berkolaborasi dengan petani setempat untuk budidaya kentang granola. Melalui sistem aeroponik, budidaya kentang granola dipercaya bisa lebih produktif serta memiliki kualitas yang lebih tinggi.

Pendamping Desa Kecamatan Lembang, Hana Kusumaningtyas mengatakan, sistem aeroponik sudah hampir terlupakan khususnya di wilayah Lembang namun, dengan adanya program Ketahanan Pangan Desa dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), sistem yang semula terealisasi secara parsial kini mulai kembali dikembangkan. “Kita coba memberikan peluang, memberikan kepercayaan kepada pengelola yang memang punya kompetensi agar mampu mengelola anggaran ketahanan pangan melalui tema dan konsep kentang granola,” ucap Hana baru-baru ini.

Diterangkan Hana, dipilihnya budidaya kentang granola melalui sistem aeroponik dikarenakan sebagian besar masyarakat di Lembang sudah berpengalaman dalam budidaya kentang. Oleh karenanya, melalui program Ketahanan Pangan Desa, budidaya kentang dipilih namun dengan sistem yang lebih ramah lingkungan. “Jadi dengan sistem aeroponik ini, bertani kentang bisa lebih maksimal hasilnya dan juga prosesnya juga jadi lebih efektif,” terangnya.

Baca Juga:Bocah 10 Tahun Derita Luka Bakar Akibat PetasanAwasi dan Evaluasi Seluruh Tahapan Pemilu

Mengingat program aeroponik kentang granola berasal dari dana desa, dia menuturkan, sistem kerjasama antara desa yang diwakili kepala desa dengan kelompok petani disepakati, pembagian hasil 30 persen untuk kas desa dan 70 persen untuk pengelola (kelompok tani).

“Pengelola lebih besar karena memang ada operasional yang harus mereka keluarkan setiap harinya. Sementara 30 persen untuk desa akan dipergunakan untuk mengembangkan konsep serta sistem pertanian ini disamping untuk penanganan masalah gizi masyarakat dalam rangka pencegahan kasus stunting,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Kayuambon, Hendra Gunawan menyampaikan, dengan sistem pertanian konvensional, rata-rata satu pohon kentang dapat menghasilkan umbi yang berkisar antara tiga sampai enam umbi. Akan tetapi, dengan sistem aeroponik, produktivitasnya lebih tinggi dimana, satu tanaman kentang granola bisa menghasilkan 10 hingga 30 umbi.

“Biaya produksi untuk sistem aeroponik ini rata-rata Rp5.000 sampai Rp 7.000 pertanaman tapi Alhamdulillah, keuntungannya itu bisa mencapai 100 sampai 150 persen,” tukasnya.(eko/sep)

0 Komentar