PASUNDAN EKSPRES – Sebagai salah satu pemimpin dunia yang memegang peranan penting dalam diplomasi global, Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini menyampaikan pernyataan kontroversial mengenai Taiwan.
Namun, dalam konferensi pers di Belanda, Presiden Macron memberikan klarifikasi dan menegaskan posisi negaranya terkait isu Taiwan yang tetap konsisten.
Dalam artikel ini, kita akan membahas posisi Prancis dan Eropa mengenai Taiwan berdasarkan pernyataan terbaru Presiden Macron.
Baca Juga:Amerika Serikat (AS) Akui Kehadiran Pasukan Khusus di UkrainaFitur Terbaru WhatsApps : Chat Lock untuk Selingkuhan Makin Privat
Menjaga Kestabilan dengan Pernyataan Klarifikasi
Pernyataan kontroversial Presiden Macron yang menyebut Eropa tidak seharusnya menjadi “pengikut” Amerika Serikat (AS) atau China dalam isu Taiwan telah memicu beragam reaksi di Eropa dan AS.
Namun, dalam konferensi pers di Belanda, Presiden Macron memberikan klarifikasi bahwa posisi Prancis dan Eropa terkait Taiwan tidak berubah.
Ia menegaskan bahwa Prancis dan Eropa mendukung “status quo” terkini mengenai Taiwan dan kebijakan ini konstan serta tidak berubah.
Presiden Macron memperingatkan negara-negara Eropa untuk tidak terjebak dalam krisis terkait Taiwan yang didorong oleh ritme Amerika dan reaksi berlebihan China.
Pernyataan ini memicu kritikan dari sejumlah politisi dan pengamat di Eropa dan AS, termasuk mantan Presiden AS Donald Trump yang menuduh Macron sedang “mencium bokong” Presiden China Xi Jinping.
Namun, dalam konferensi pers di Belanda, Presiden Macron menjelaskan bahwa posisi Prancis dan Eropa tetap sama, yaitu mendukung “status quo” terkini mengenai Taiwan.
Ia menegaskan bahwa kebijakan ini telah dikomunikasikan kepada Xi Jinping dalam pertemuan empat mata, serta diungkapkan di berbagai kesempatan secara konsisten.
Baca Juga:47 Smartphone yang Tidak Bisa Memakai Aplikasi WhatsApps Mulai 31 Desember 2023, Cek HP Mu!OOTD Street Style Hijab Ala Selebgram: Tips Tampil Modis dan Stylish
Meskipun demikian, diketahui bahwa Macron tidak menyebut Taiwan dalam pernyataan publiknya saat mengunjungi Beijing pekan lalu, yang kemudian memicu kritikan sejumlah pihak.