PASUNDAN EKSPRES – Sebagai Aliansi negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) merencanakan pembentukan mata uang baru, langkah ini diyakini akan memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi global.
Dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap uang dolar dan euro, BRICS berencana untuk menciptakan alat pembayaran baru yang menggunakan komoditas seperti emas dan logam tanah jarang (LTJ).
Rencananya, uang baru ini akan dipresentasikan pada KTT BRICS di Afrika Selatan pada Agustus 2023.
Baca Juga:Kim Jong Un Pimpin Uji Coba Rudal Baru, Mengubah Tatanan Strategi Pertahanan KorutPelaku Bocorkan Dokumen Rahasia AS : Identitas Terungkap dan Tersangka Ditangkap
Mudahnya Pengurangan Dolar AS dan Dampaknya
Dalam era transaksi digital yang semakin berkembang, pengurangan penggunaan dolar AS secara teknologi dianggap sangat memungkinkan.
Beberapa negara, seperti Thailand dan Malaysia, telah mengadopsi aplikasi lokal yang memungkinkan transaksi dalam mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) dan telah banyak digunakan untuk settlement ekspor-impor.
Namun demikian, wacana BRICS untuk menciptakan mata uang sendiri memiliki potensi dampak negatif yang serupa dengan pengalaman buruk yang dialami oleh aliansi PIIGS (Portugal, Italia, Irlandia, Yunani, dan Spanyol) di Eropa pada tahun 2015.
Dalam integrasi mata uang, suku bunga akan menjadi seragam, sementara kebijakan fiskal tetap berbeda antara negara anggota.
Hal ini dapat menyebabkan beberapa negara cenderung berlebihan dalam belanja pemerintahan, yang pada akhirnya dapat memicu krisis ekonomi.
Krisis keuangan global pada tahun 2008 memberikan contoh nyata dampak negatif dari integrasi mata uang yang kurang diimbangi dengan kebijakan fiskal yang seragam.
Meskipun mereka telah mengadopsi uang euro, namun kebijakan fiskal mereka tidak sekuat negara anggota Eropa lainnya.
Baca Juga:Cara Mudah Penghasil Uang di Facebook Lewat Fitur Bintang Monetisasi FB 202321 Kutipan Ayat Al Quran yang Indah untuk Menjadi Motto Hidupmu & Caption Sosmed
Akibatnya, saat krisis keuangan global melanda, negara-negara ini menghadapi kesulitan untuk membayar kembali pinjaman mereka dan mengalami melemahnya ekonomi serta ketidakstabilan keuangan.