Lebaran

Lebaran
0 Komentar

Pojokan 148, Lebaran

Lebaran lagi! Katanya kembali fitri, kembali suci! Yang fitri itu, berfrekuensi ilahi, kekosongan dan keterbukaan terhadap kebaikan.

Nyatanya kembali ke kebiasaan lama. Kebiasaan yang tak suci dan pasti tak fitri. Menganggit egoisme dan ketakpedulian terhadap lian.

Lebaran hanya menjadi rutinitas tahunan. Hasil tumpuan ritual menahan lapar dan haus.

Dengan hiasan peningkatan kuantitas ibadah dan Iqra’ Al-Quran.

Lebaran dimeriahkan dalam ekplorasi dan eksploitasi nafsu untuk makan.

Bukan menandaskan arang pembakaran (Ramadhan) nafsu.

Baca Juga:GP Ansor Sebut 4 Nama Cawapres Potensial Dampingi Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil jadi Salah SatunyaJasa Marga Mengimbau Pemudik Hindari Arus Balik Pada Tanggal 24-25 April

Atau dalam perenungan kefitrian dan pengakuan kerinduan untuk mendapatkan lagi kesempatan pembakaran nafsu. Ditahun yang akan datang.

Tuhan! maafkan Aku.

Kau beri waktu dimana frekuensi keilahian sedang dibuka lebar dengan arus yang sangat kuat dan besar, namun Aku abaikan begitu saja.

Susah kali jiwa ini untuk bermujahadah berdua dengan Mu.

Lebih sibuk dengan benda mati berbentuk pipih, namun didaku memiliki kecerdasan buatan yang dahsyat.

Lebih sibuk dengan godaan hasrat badaniyah.

Untuk memanjakan hedonism dalam kenikmatan indrawi dan flexing ketika beribadah.

Menjadi amunisi dalam ke-update-an status di media social.

Wahai Yang Maha sempurna! Para bijak bestari menahbiskan, lebaran adalah titik kulminasi kefitrian, kembali kepada kesucian.

Kesucian dari kotoran gelontoran dosa kecurangan, keculasan dan kelancungan hasrat.

Entahlah! Sejatinya, bulan pembakaran ini, bagi ku sekedar rutinitas menahan lapar dan haus.

Tak menahan hasrat untuk mensucikan jiwa, untuk melahirkan kebeningan Nurani. Mensucikan mulut untuk mendapatkan kebermaknaan lafadz.

Mensucikan kerja untuk mendapatkan berkah.

Mensucikan niat untuk mendapatkan integritas.

Apapun itu, walau tak berusaha untuk mensucikan nurani, aku tetap lebaran! Aku bahagia dalam balutan hedonism dan hasrat memuaskan.

Senyum bahagia ketika bersalam dengan sesiapa sungguh tulus.

Baca Juga:Ridwan Kamil Berpamitan ke Masyarakat: Mohon Maaf Bila Masih Ada KekuranganRidwan Kamil Bersama Masyarakat Jawa Barat Lainnya Laksanakan Shalat Ied Di Masjid Raya Al Jabbar

Permohonan maaf diluncurkan kepada siapapun seolah gelontoran air kran yang mengalir tak terhambat.

Entah hanya dimulut atau sampai hati. Semoga itu membekas pada kejernihan hati di koneksi komunikasi pada waktu mendatang.

“Wahai sesama, mohon maaf lahir bathin atas apapun yang ada dan dari ku”.

Dalam waktu bersama, ada sesautu yang hilang dan tak lengkap.

0 Komentar