Dirinya memang bertolak dari Depok Jawa Barat. Tempat yang dituju juga Depok, tapi di Sleman, Yogyakarta. Perjalanan dari rumah sangat lancar hingga ia dan keluarganya keluar gerbang tol Adiwerna untuk istirahat menikmati sate Tegal yang sangat terkenal lezatnya, sekaligus mampir bersilaturahim ke orangtua dan saudara di Pangkah, Slawi.
Pangkah dikenal dengan pabrik gula yang dibangun penjajah Belanda. Adapun Slawi terkenal dengan aneka merek teh wangi, termasuk yang memelopori minuman teh kemasan.
Usai sholat dzuhur, mereka melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Di etape inilah perjuangan menuju Kota Gudeg itu mulai terasa. mereka tidak dapat melalui jalan tol karena pemberlakuan aturan satu arah menuju Jakarta. “Peta digital Mas Google mengarahkan kami menyusuri jalur pantai utara (pantura) Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang, lalu belok kanan menempuh jalur tengah melintasi pegunungan, perkebunan, persawahan Batang, Pekalongan, Kendal, Temanggung, Magelang hingga Yogyakarta,” kata Nurcholis memaparkan.
Perjuangan Rombongan Surabaya
Baca Juga:PPP Ajukan 50 Bacaleg DPRD Subang ke KPU, Targetkan Raih 7 KursiPolri Gunakan Body Worn dalam Pengamanan KTT ASEAN 2023
Sebaliknya, kata bapak empat anak ini, perjuangan rombongan Surabaya menembus kemacetan mereka rasakan saat kembali ke Ibu Kota Jawa Timur itu usai acara. Menyetir mobil Panther berpenumpang Cak Fu dan istrinya, Diyah, Suharsih, dan Sukma, meninggalkan rumah Dr Aqua sekira pukul 14.00 WIB. Mereka baru keluar tol Surabaya pukul 00.48 WIB. Artinya, waktu tempuh mencapai lebih dari 10 jam, dua kali lipat dari waktu normal.
Nurcholis yang juga perintis Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) tersebut menegaskan, keguyuban dan semangat bersilaturahim merupakan salah satu ciri para anggota jamaah umroh POS I-IV yang berjumlah 167 orang. Perinciannya, jamaah POS I 2017 sebanyak 35 orang, POS II 2018 berjumlah 39 orang, POS III 2019 mencapai 50 orang, dan POS IV 2022 beranggotakan 43 orang.
Umroh POS itu lahir atas inisiasi Dr Aqua yang mendedikasikan hasil penjualan bukunya berjudul “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi” untuk membiayai gerakan sosial itu. Buku tersebut telah sembilan kali naik cetak, sebanyak 170 ribu eksemplar.
Sumber dana juga berasal dari hasil penjualan dua buku terbaru Trilogi The Power of Silaturahim yang berjudul “Humanisme Silaturahim Menembus Batas: Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengatasi Sejuta Perbedaan)” dan “Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial: Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Alira-Savero Dwipayana Bergiat untuk Sesama”. Selain itu dari honor Dr Aqua sebagai pembicara di berbagai forum Sharing Komunikasi dan Motivasi.