PASUNDAN EKSPRES – Anak perempuan saya kelas XI merengek meminta tas baru. Katanya, tas nya sudah belel dan jelek. Padahal masih bisa digunakan.
Dia juga menunjukkan model tas imut di aplikasi belanja online yang menurutnya bagus serta murah.
Sebenarnya tidak hanya soal beli tas. Dia pun pernah “menodong” saya untuk membeli sepatu. Dengan alasan yang kurang lebih sama, sepatunya sudah bolong.
Baca Juga:Ridwan Kamil Inspeksi Pengaspalan Jalan Provinsi di Bandung BaratGubernur Ridwan Kamil Resmikan PPDB 2023, Praktik Pungli akan Ditindak Tegas
Padahal cuma bolong seukuran slilit gigi doang. Belum urusan pintu diketuk oleh pengantar paket belanja online yang cukup intens, tiga sampai empat kali dalam seminggu.
Bisa jadi tidak hanya anak saya yang keranjingan belanja online.
Berdasarkan data Bank Indonesia, transaksi di e-commerce menembus angka Rp. 227,8 triliun tahun 2022.
Sementara transaksi uang elektronik menembus Rp. 185,7 triliun tahun 2022. Jumlah pesanan barangpun terbilang jumbo, mencapai 1,74 juta.
Ini artinya, transaksi sekelas anak saya yang cuma puluhan ribu ikut menyumbang trand kenaikan belanja online.
Bayangkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa dimana 178,9 juta masyarakat Indonesia berbelanja online sepanjang tahun 2022 hingga awal tahun 2023. Angka yang fantastis dan menggiurkan.
Cara Transfer OVO ke ShopeePay: Nikmati Belanja Online Tanpa Batas!
Dengan menyebarkan virus FOMO, fear of missing out, produsen barang mencekoki pikiran dan hayalan masyarakat dengan hedonism. Virus Fomo mendorong orang agar takut dibilang tidak update atau ketinggalan jaman.
Dibumbui dorongan keinginan untuk terus terkoneksi dengan trand dan mengikuti orang. Menjejalkan pikiran dan hayalan “Kuatir diangap jelek kalau keluar rumah jika tak pakai pakaian, atau barang brand tertentu.
Baca Juga:Atalia Ridwan Kamil Ikut Fashion Show HUT DekranasRidwan Kamil Kunker ke Amerika Serikat, Ketua ADPMET, Cari Peluang Investasi Energi Terbarukan untuk Listrik
Maka tak heran, anak saya kalau mau ke luar rumah, harus mematut diri lebih dulu di depan cermin. Mulai dari memilih baju yang pas, merapikan kerudungnya, memalingkan wajahnya ke kiri-kanan di cermin.
Tujuannya satu, agar terlihat trandy dan keren. Dan virus fomo ini dimanfaatkan betul oleh produsen.
Konon kata para psikolog, Fomo ini bagian dari gangguan kejiwaan atau anxiety disorder -gangguan kecemasan.