Kegiatan ini diisi dengan berbagai kegiatan interaktif, bermain, studi kasus, praktik, workshop, belajar memahami warga, dan menggunakan berbagai alat bantu untuk memberantas hoaks yang tersebar.
Tim Program Portkesmas, Mohammad Alief Iqra menyebutkan bahwa kader kesehatan dan tenaga promosi kesehatan memiliki peran luar biasa di tengah masyarakat.
“Dengan harapan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kader dan tenaga promosi kesehatan, pelatihan ini akan memberikan cara agar ujung tombak peningkatan taraf kesehatan masyarakat Kota Makassar dapat lebih dipercaya, lebih akrab, dan mampu mempengaruhi perubahan perilaku di tengah masyarakat. Serta tentunya bisa menjawab hoaks-hoaks di tengah masyarakat terutama dalam bidang kesehatan,” ungkapnya.
Baca Juga:Ratusan Guru Olahraga SD di Subang Ikuti Bimtek Pencegahan Napza dan Perlindungan Anak dari Tindakan Kekerasan Astro Highlands Ciater, Sensasi Wisata di Kaki Gunung Tangkuban Parahu
Nur’aini Exie Kusuma Wardani atau kerap disapa Exie yang merupakan fasilitator dalam kegiatan pelatihan ini menambahkan pentingnya untuk dilakukan penyegaran bagi para kader dan tenaga promosi kesehatan.
“Kami sungguh mengapresiasi segala pihak yang mendukung karena melalui kolaborasi pentahelix yang tidak hanya melibatkan elemen pemangku kebijakan dan pemerintah, tapi juga pihak swasta yang sangat peduli terhadap peningkatan taraf kesehatan masyarakat di Indonesia. Kami juga sangat semangat karena Dinas Kesehatan Kota Makassar dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kota Makassar memberikan respon yang baik sekali dan mendukung penuh kegiatan ini,” tambah Exie.
Melalui kegiatan ini, Portkesmas yang bertujuan untuk melibatkan semakin banyak pemuda dalam percepatan penyelesaian isu kesehatan masyarakat di Indonesia tersebut ingin dapat membekali para promotor kesehatan dengan soft skill, alat bantu, dan penyegaran guna mengatasi isu kesehatan masyarakat.
Tak hanya sendiri, Portkesmas juga berkolaborasi dengan ICT Watch dalam membekali peserta dengan materi dan alat bantu untuk memberantas hoaks.
“Seringkali hoaks diteruskan ke grup-grup media komunikasi. Tidak jarang pula diterima oleh para kader dan tenaga promosi kesehatan. Hal inilah yang ingin kami tingkatkan yaitu kemampuan, tools, dan kefasihan para kader dan tenaga promosi kesehatan dalam melakukan verifikasi hoaks. Intinya saring sebelum sharing, sabar sebelum sebar,” pungkas Savero Karamiveta Dwipayana, trainer ICT Watch.