PASUNDAN EKSPRES – Lama tidak dilaksanakan, tradisi ngabubur suro, kembali dilakukan di Dusun Cihanyir, Desa Girimukti, Kecamatan Sumedang Utara.
Dijelaskan oleh tokoh masyarakat Girimukti, Nana Nasir, di setiap desa di Kecamatan Sumedang Utara, memang memiliki khas masing-masing untuk melakukan ritual tanda syukur. Termasuk di Girimukti yaitu ngabubur suro.
“Dari mulai di Rancakalong itu disebut dengan nama ngalaksa, kemudian di Legok Picung, di Ciseke, di Ciwindu, semua juga ada, dengan nama dan budaya masing-masing, namun esensinya sama yaitu bersyukur, tanda syukur, dan meminta keselamatan di tahun yang baru yang akan di lalui,” jelasnya.
Baca Juga:Begini Sikap PDIP pada Budiman Sudjatmiko yang Temui PrabowoIni Alasannya Kenapa Hp Gak Boleh Dicas sampai 100 Persen
Masih dijelaskan Nana Nasir juga, jiga semua ritual dari beberapa daerah tersebut, berlangsung di hari yang sama, yaitu 10 Muharam, yang jatuh pada hari Jumat 28 Juli 2023.
“Kemarin hampir 3 tahun kita vakum karena pandemi kan, jadi ya hanya tarawangsa saja, kecil-kecilan, tidak melibatkan banyak masyarakat seperti sekarang,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, insiator pelaksana ngabubur suro di Girimukti, Sari Mulyati mengungkapkan, jika pemantiknya kembali diadakan ngabubur suro, selain kembali menghidupkan adat budaya di sana yang sudah lama tidak berlangsung, juga adanya dorongan yang kuat dari masyarakt.
“Pertama, saya itu kan mau meresmikan sanggar saja, namun masayarakat meminta untuk kembali diadakan ngabubur suro, dari dorongan itu saya juga jadi semangat,” beber Sari.
Benar saja, tidak lama dari adanya usul masyarakat itu, masih dijelaskan Sari, langsung seketika mengumpulkan segala keperluan ngabubur suro.
“Jadi bahan dari ngabubur suro itu memang semua hasil bumi, dari umbi-umbian sampai pucuk dedaunan, semua totalnya ada seribu macam, itu semua masyarakat bergotong royong, mengumpulkan,” tambahnya.
Dari pantauan Pasundan Ekspres, ritual ngabubur suro yang berpusat di Sanggar Seni Dewi Sri itu berlangsung begitu guyub.
Baca Juga:Ruwatan Desa Margasari Tradisi Tanda Syukur yang Memberikan BuktiBupati Subang H.Ruhimat Ketemu Ketua MUI, Ini yang Dibahas
Mayarakat antusias, sejak pagi membawa semua keperluan untuk ngabubur. Mereka secara kolektif tanpa diintruksi dengan sadar dan rela membawa hasil bumi untuk dibuatkan bubur.
Bahkan tidak hanya bahan pembuatan buburnya saja, peralatan untuk membuat buburnya juga, yaitu 7 tungku, kayu bakar, katel, dan pernak perniknya, secara gotong royong dibuat.