PURWAKARTA-Sebanyak 237 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Kabupaten Purwakarta, pada periode Januari hingga Juli 2023.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta dr. Eva Lystia Dewi meminta masyarakat mewaspadai penyebaran penyakit tersebut dalam menghadapi kemarau panjang.
Menurut Eva, pada musim kemarau panjang seperti El Nino saat ini, nyamuk Aedes aegypti yang merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah, memiliki perilaku lebih ganas.
Baca Juga:1.500 KK Gunung Masigit Alami Krisis Air Bersih, Minim Pasokan dari PemdaModena Home Center Penuhi Kebutuhan Peralatan Rumah yang Inovatif
“Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan RI, pada musim kemarau panjang ini, nyamuk Aedes aegypti menjadi lebih ganas, dengan artian nyamuk itu gigit tiga sampai lima kali lipat dari biasanya dan itu bisa juga menyebabkan penyebaran DBD lebih cepat,” kata dr. Eva kepada wartawan, Selasa (22/8).
Eva menyampaikan bahwa kasus DBD yang terjadi di Purwakarta didominasi oleh anak-anak. Bahkan, kasus tersebut menyebabkan satu orang anak meninggal dunia. “Dari 237 kasus yang terjadi di Purwakarta, paling banyak terjadi di Kecamatan Munjuljaya dengan 79 kasus. Sedangkan kasus DBD terbanyak itu terjadi di pada Mei dengan 43 kasus,” ujarnya.
Kasus DBD yang terjadi di Purwakarta ini, sambungnya, didominasi oleh anak-anak. Bahkan pada Januari lalu, seorang anak asal Kecamatan Pasawahan meninggal dunia karena DBD.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, hingga kini pihaknya terus gencar melalukan sosialisasi kepada masyarakat terkait kewaspadaan penyebaran penyakit DBD. “Bila ada laporan kasus DBD yang meningkat, kami juga kerap kali melakukan foging di wilayah tersebut,” ucapnya.
Dirinya meminta kepada masyarakat untuk rutin menerapkan kegiatan pemberantas sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M, yakni menguras, menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Selain itu, dr. Eva juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai genangan-genangan air yang jarang diperhatikan oleh masyarakat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. “Seperti di pot-pot tanaman, lalu di tempat dispenser, hal-hal yang jarang diperhatikan oleh masyarakat itu kerap kali bisa menjadi sarang nyamuk. Sehingga, masyarakat harus tetap waspada atas hal tersebut,” katanya.(add/sep)