SUBANG-Kekeringan di Kabupaten Subang berdampak pada sektor perkebunan. Bahkan saking sulitnya air, harus ada pembagian air. Salah satu faktor agar tanaman bisa terus hidup dan membuahkan, diperlukan intensitas air yang cukup. Oleh karena itu petani milenial menyerukan agar pembagian air dilakukan agar merata.
Anggota Kelompok Nata Rasa Tani Milenial Adimas mengatakan, kekeringan berdampak terhadap perkebunan. Saat ini lahan yang ditanami sayuran dan buah-buahan di lahan seluas 1,2 hektare miliknya juga mengalami kekeringan walaupun tidak terlalu ekstrem.
Dia menyebut, banyak keluhan dari para petani milenial yang ada di Kabupaten Subang karena kekeringan yang melanda. Oleh karena itu diharapkan adanya pengaturan pemakaian air, juga pembagian yang dilakukan agar semua petani tidak berdampak.
Baca Juga:Kemarau Panjang, Salamah Farm: Permintaan Susu Kambing Naik 60% di PurwakartaGaungkan Program Sekolah Bina Adhyaksa, Wujudkan Kesadaran Hukum Bagi Siswa dan Guru di Subang
Dia mengatakan, air menentukan kualitas dan kuantitas produktivitas buah dan sayuran, maka dari itu ia berharap agar kekeringan ekstrem yang terjadi bisa cepat selesai.
“Tahun 2022 pernah terjadi kekeringan, namun tidak se ekstrem saat ini,” katanya.
Sementara itu, akibat dampak kekeringan, harga cabai mengalami kenaikan, bahkan kenaikan mencapai Rp5-10 ribu per kilogramnya.
Kepala Bidang Perdagangan DKUPP Subang Lita Pelitiani mengatakan, dalam survei yang dilakukan di 30 pasar tradisional di Kabupaten Subang harga cabai mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut akibat pasokan berkurang, sehingga harga menjadi naik.
“Informasinya kualitas dan kuantitas cabai menurun karena Kekeringan saat ini,” katanya.
Dia menyebut, harga cabai di pasar tradisional yang awalnya Rp30 ribu per kilogramnya, saat ini mencapai Rp40-45 ribu.(ygo/ysp)