PASUNDAN EKSPRESĀ – Sinar matahari pagi cemburu. Karena betapa mudahnya kita melihat polarisasi politik yang terjadi dimasyarakat setiap mendekati peristiwa elektoral.
Semilir angin sepoi-sepoi pun bingung karena dengan gampangnya, kita tergoda untuk memercayai informasi yang belum tentu benar, yang beredar dimedia sosial (medsos).
Pilihan yang beda terhadap proses kandisasi kadang menyebabkan kegaduhan politik.
Sebab para pengikut kandisasi akan menyebarkan berbagai narasi yang sengaja memancing kegaduhan politik dan sekaligus strategi politik gaduh.
Baca Juga:FANTASTIS! Hanya 1 Jutaan Bisa Dapat Hp yang Kameranya Mirip iPhoneAmpuh! 4 Cara Reset Hp Samsung yang Terkunci Pin dan Pola
Kegaduhan politik dan politik gaduh seolah menjadi bagian dari strategi untuk proses pemenangan elektroral.
Sebab kemenangan elektoral menjadi bagian penting untuk membangun relasi kuasa.
Dan untuk memenangkan kandidat yang dijagokan memerlukan relasi terhadap berbagai sumber daya dan akses teknologi berbasis AI (artificial intelligence).
LIHAT JUGA: Pojokan 166, Pamflet Calon
AI dipergunakan untuk membangun narasi yang diarahkan untuk membangun pengakuan dan identitas kandidat.
Biasanya buzzer digunakan untuk membangun branding kandidasi.
Sebab penting dalam peristiwa elektoral, kandidat diakui oleh masyarakat dalam hal apapun.
Konsep thymos ini yang digunakan oleh para pendukung kandidasi untuk mendapat pengakuan berbasis identitas diri atau kelompok.
Dan tak jarang basis identitas yang digunakan adalah agama, golongan dan kesukuan.
Dan pada gilirannya, dahaga atas pengakuan dan identitas inilah yang berpotensi membangun polarisasi dalam masyarakat.
Baca Juga:PLN Ajak Masyarakat ikuti Promo Tambah Daya hingga Akhir September 2023 Hingga 5.500VA hanya Rp202.300Daftar Harga Pampers Semua Merk Tahun 2023, Pampers atau Popok Nih?
Dan kadang media cenderung memainkan peran menguatkan polarisasi ketimbang meredam polarisasi.