BANDUNG BARAT-Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang mengajak para peternak sapi perah untuk mengelola air secara bijak. Mengingat, musim kemarau panjang ini diperkirakan akan berakhir pada bulan November 2023 nanti.
Ketua KPSBU Lembang, Dedi Setiadi menerangkan, selain pakan, sapi perah memiliki kebutuhan air minum hingga 20% atau setiap satu ekor sapi memerlukan air minum sebanyak 100 liter perhari. “Belum untuk memandikan sehingga, para peternak ini harus mengelola air secara efisien, mudah-mudahan bisa segera turun hujan, ya,” ujar Dedi saat ditemui di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Selasa (3/10).
Dijelaskan Dedi, berdasarkan data para ahli, musim kemarau diperkirakan akan berakhir pada bulan 11 (November). Sehingga, dirinya merasa khawatir pada Bulan Oktober tidak akan ada hujan yang dapat memperburuk keadaan. “Saya minta kepada peternak untuk berhemat supaya kita bisa bertahan lebih lama,” ungkapnya.
Baca Juga:Pejabat Gotong Royong Bantu Bangun Rumah WargaRasakan 20 Varian Rasa Surabi Gapura Kang Dyan
Adanya musim kemarau panjang tahun 2023 ini, dia mengakui, para peternak sapi perah dan KPSBU dihadapkan pada masalah yang bertubi-tubi, mulai dari PPKM, PMK, hingga LSD sehingga para peternak sapi perah tidak dalam keadaan baik-baik saja sekarang. “Makanya, kami berharap recovery PMK cepat, recovery LSD cepat, kemudian kemarau ini cepat berlalu dan mudah-mudahan menjadi awal recovery untuk bisa bangkit mencari yang terbaik,” katanya.
“Mudah-mudahan di awal hujan, rumput tumbuh dan itu menjadi titik balik dari persoalan-persoalan yang dihadapi saat ini,” ucapnya.
Diakui Dedi, untuk ketersediaan pakan hijauan hanya bisa berharap pada faktor alam sebab, tidak ada yang bisa dilakukan. KPSBU Lembang, lanjut dia, akan tetap berupaya agar konsentrat sebagai substitusi pakan hijauan tetap tersedia bagi para peternak sapi perah. “Sehari itu sekarang 60 ton jadi kita wajib menyediakan setiap hari harus ada karena, ketika kurang rumput ini bisa disubstitusi oleh konsentrat,” terangnya.
“Ketika mereka berkurang dalam hijauan maka kita bisa substitusi dengan konsentrat dengan kualitas yang kami pertahankan,” jelasnya.
Kemarau panjang, dipaparkan dia, telah mengakibatkan kondisi cuaca menjadi panas sehingga rentan bagi sapi-sapi perah. Sebab, sapi perah seharusnya berada di tempat dingin karena sapi-sapi perah berasal dari Negara Belanda dan Australia yang suhunya relatif lebih rendah. “Kalau dia kena panas itu memang tidak nyaman, kalau sapi tidak nyaman maka produktivitasnya berkurang akibat stress. Kami berdoa mudah-mudahan hujan cepat datang,” harapnya.(eko/sep)