SUBANG-Sistem zonasi yang sampai saat ini diterapkan telah menuai pro dan kontra. Hal ini dikarenakan efek yang diberikan baik positif maupun negatif. Namun, SMAN 1 Subang tidak terlalu menghiraukan soal sistem zonasi tersebut. Menurut Wakasek Humas SMAN 1 Subang Deni Karsa Sondana SPd MSip, sekolah tidak merasakan efek yang signifikan sebelum dan sesudah diberlakukan sistem zonasi.
“Perubahannya tidak begitu drastis, tapi jika dibandingkan dengan era testing dengan sekarang tentu berbeda. Kalau kita gambarkan bayangannya sistem zonasi ini akan merubah peta siswa di sekolah ini. Tapi sebetulnya tidak signifikan juga karena kuota zonasi kan hanya 50 persen, sisanya masih ada jalur prestasi dan lain sebagainya,” ucapnya.
Deni mengungkapkan, SMAN 1 Subang tidak terlalu mengambil pusing tentang bagaimana pengaruh sistem zonasi.
Baca Juga:PPK Klari Sosialisasi Pemilu dan Pendataan dalam Jalan SehatTPA Jalupang Kembali Terbakar, Pekerja Tak Tenang Saat Bekerja
“Kami terus terang tidak terlalu memikirkan soal bagaimana efek dari sistem zonasi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab mendidik segala jenis anak, jadi kami fokus mempersiapkan dan menghasilkan produk berkualitas, bukan hanya menerima produk yang berkualitas,” ucapnya.
Ia percaya bahwa setiap anak memiliki bakat dan minatnya masing-masing, sehingga anak yang berasal dari manapun pasti dapat disiapkan sesuai bidang kemampuannya.
“Tidak mungkin semua anak didorong untuk mahir dalam bidang akademik, pasti ada juga yang mahir dalam non akademik. Ketika ada anak yang kesulitan dalam pembelajaran secara akademik misalkan contoh matematika, bukan berarti dia tidak mahir dalam keahlian lainnya, bisa saja dia jago di olahraga atau seni,” ucapnya.
Meskipun masih terdapat stigma di masyarakat tentang SMAN 1 Subang sebagai sekolah unggulan, dia percaya bahwa tidak semua anak juga mau masuk ke sekolah ini.
“Tidak semua anak ingin masuk ke SMAN 1 Subang. Sekolah ini kan mungkin terkenal dengan anak-anak yang unggul dari bidang akademik, jadi pasti ada yang memilih sekolah lain yang menurut mereka cocok untuk mengembang minat dan bakatnya,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan bagaimana SMAN 1 Subang mulai memberlakukan sistem zonasi. “Dulu itu agak smooth juga (transisinya), jadi tidak langsung tiba-tiba zonasi. Awalnya nilai dan testing yang kita pakai, kemudian mulai menggunakan kombinasi dengan sistem zonasi secara hybrid. Setelah dua tahun baru diberlakukan sistem zonasi secara hybrid,” ucapnya.(fsh/ysp)