Ibarat pepatah mengatakan ada gula ada semut. Pesatnya pertumbuhan industri manufaktur mampu menarik para pendatang dari berbagai wilayah untuk mencari penghidupan di Purwakarta. Dan Purwakarta menjadi kota yang terbuka untuk masuknya teknologi serta budaya dari mana saja. Melalui media sebagai salah satu perantaranya, budaya barat masuk tanpa filter menawarkan ide kebebasan kepada masyarakat. Bebas sebebasnya tanpa aturan yang mengikat. Dan kemajuan teknologi serta semakin glamornya kehidupan dunia menarik para penikmat untuk memenuhi kebutuhan syahwatnya sesuka hati sesuai keinginannya.
Sehingga pada akhirnya, salah satu dampak negatif yang dirasakan dari industrialisasi adalah pergeseran pola pikir masyarakat yang semakin bebas (liberal). Paham liberal (liberalisme) ini memiliki prinsip bebas melakukan apa saja, tanpa butuh aturan. Manusia berhak untuk mengatur sendiri kehidupannya tanpa ada yang membatasinya. Sedangkan agama hanya dipakai untuk ranah ibadah ritual (mahdhoh) semata. Akibatnya munculah tingkah laku yang banyak menyimpang dari aturan agama. Diantaranya perilaku seks bebas dan LGBT. Dan penyakit HIV/AIDS ini muncul dari penerapan paham liberalisme yang kebablasan.
Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Yang ada hanya obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan meningkatkan harapan hidup penderita. Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menekan peningkatan kasus HIV/AIDS, diantaranya menambah layanan kesehatan yang mampu untuk memeriksa HIV secara mandiri, penjangkauan dan konseling pada ODHA, mencegah putus obat, sosialisasi pada masyarakat dan kerjasama lintas sektor yang lebih intensif namun kenyataannya data ODHA cenderung meningkat setiap tahunnya.
Sebenarnya, HIV/AIDS bukan hanya sekedar permasalahan medis semata. Tapi hasil akumulasi tingkah laku kehidupan sosial masyarakat yang menyimpang berdasarkan pemahaman liberalisme, seperti seks bebas dan LGBT. Sehingga apabila hanya solusi parsial, menekan kenaikan jumlah ODHA dengan pengobatan dan edukasi HIV/AIDS, yang dilakukan pemerintah tanpa menyentuh akar permasalahannya, maka dijamin tidak akan pernah bisa menghilangkan permasalahan HIV/AIDS secara tuntas.
Jika dikaji lebih dalam, akar permasalahan timbulnya penyakit HIV/AIDS karena penerapan liberalisme di segala lini kehidupan masyarakat. Hal inilah yang menjadi biang kerusakan karena liberalisme adalah pemikiran yang merusak dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Manusia diberi kebebasan mengatur kehidupannya sendiri sesuai dengan akal dan hawa nafsunya sendiri tanpa ada dasar yang pasti. Pemikiran semacam inilah yang pada akhirnya akan merusak tatanan kehidupan manusia secara menyuluruh.