Oleh Nurul Aini Najibah
Aktivis Dakwah
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa mentalitas para pemimpin di negeri-negeri Islam termasuk Indonesia, tengah berada dalam kondisi memprihatinkan. Beban kepemimpinan yang mereka jalani dirasa sangat berat. Setidaknya hal inilah yang dirasakan oleh Wakil Bupati Bandung periode 2016-2021, Gun Gun Gunawan yang mengaku capek selama mengemban tugas menjadi orang nomor dua di Kabupaten Bandung. Beliau menjelaskan bahwa pemimpin itu adalah pelayan rakyat. Seorang pemimpin harus dituntut menjadi seorang dokter, pengusaha, birokrat, seorang ayah, alim ulama juga sebagai seorang teman. (pojoksatu.id, Jum’at, 17/02/2021)
Sebagaimana fakta diatas, bisa kita simpulkan bahwa kepemimpinan dalam sebuah sistem sekuler telah nampak jelas mengalami kegagalan. Seorang pemimpin terpilih seharusnya yang benar-benar dapat mengemban tugas dengan baik, kuat, teguh, terpercaya dan amanah. Ia harus terhindar dari unsur-unsur ketidakmampuan, ketidakikhlasan, serta ketidakpahaman terhadap perannya sebagai pemimpin. Karena tugas kepemimpinan tidak mungkin diemban oleh orang yang berkepribadian lemah, apalagi mengeluh karena merasa capek. Fisik bisa saja kecapaian sesuai dengan fitrahnya ketika menghadapi banyak tugas, akan tetapi hal tersebut tidak pantas diungkapkan apalagi atas kehendaknya bukan penunjukan.
Sesungguhnya keberadaan suatu negeri salah satunya ditentukan oleh kualitas pemimpinnya, jika lemah dan banyak mengeluh, lalu bagaimana nasib negeri ini? Tidak dapat dipungkiri, masih banyak pemimpin yang mengejar pamrih. Bagi mereka tidak ada perjuangan yang hakiki melainkan hanya berpura-pura peduli dengan nasib rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin seperti ini hanya penuh dengan impian kekayaan dan status, hal yang wajar dalam sistem demokrasi. Lagipula, fakta menunjukkan sangat sedikit orang yang rela menjadi pemimpin karena semata-mata meraih ridha Allah. Kebanyakan mereka mengejar posisi hanya untuk kebutuhan materi saja.
Baca Juga:Revisi UU ITE, Akankah Memberikan Rasa Keadilan?Birokrasi di Sistem Demokrasi
Sungguh, negeri ini membutuhkan sosok pemimpin yang handal di tengah kondisi bangsa yang kacau-balau. Seorang pemimpin yang siap memenuhi segala keperluan rakyatnya, serta mencurahkan kemampuannya. Memiliki kredibilitas yang tinggi serta pandangan ideologis. Fenomena krisis kepemimpinan tidak lain sebenarnya hasil dari sebuah sistem rusak, yaitu sistem sekuler yang sudah mengubah cara pandang seorang pemimpin terhadap apa yang diembannya. Sekularisme menjauhkan siapapun termasuk pemimpin dari nilai takwa yang semestinya ada pada setiap pemimpin.