Setahun sudah negeri ini berkutat melawan pandemi, namun masih belum memberi dampak yang berarti. Karena sejak awal, penanganan kasus Corona seolah hanya setengah hati. Tidak diterapkannya lockdown di wilayah awal terdeteksi menjadi cikal bakal meluasnya penyebaran. Sementara di sisi lain orang asing masih bebas keluar masuk ke negeri ini, pariwisata dibuka lebar, new normal dipaksakan untuk diterapkan tanpa melalui tracing dan testing yang dilakukan secara masif dan gratis, ditambah lagi dengan impor tenaga asing yang tetap berjalan sekalipun mendapatkan penentangan.
Seperti inilah kondisinya ketika negara berkiblat pada kapitalisme. Sebuah sistem yang menjadikan materi diatas segalanya. Selama aturan ini digunakan sebagai pijakan dalam menangani urusan masyarakat, bukannya permasalahan tersolusikan, justru akan menimbulkan masalah baru. Permasalahan kesehatan masyarakat tidak menjadi hal utama untuk segera dituntaskan.
Berbeda halnya dengan sektor ekonomi, yang seolah menjadi prioritas untuk ditangani. Keterpurukan yang dialami selama pandemi menimbulkan kekhawatiran situasi perekonomian negara akan semakin memburuk. Untuk itu kemudian dibuka sektor-sektor yang bisa menambah pendapatan negara seperti pariwisata, investasi asing, industri dan lain sebagainya.
Baca Juga:Toleransi yang IntoleranKetimpangan Keadilan dalam Protokol Kesehatan
Lain kapitalis lain pula dengan Islam, keduanya berbeda 180 derajat dalam mengatur urusan rakyatnya. Dalam Islam, seorang pemimpin akan bertanggung jawab penuh akan kewajibannya, karena mereka diibaratkan tak ubahnya seperti pengembala, sementara rakyat adalah yang digembala.
Layaknya ternak gembala ketika dijaga oleh tuannya, mereka akan diberi makan, diberi obat jika sakit, diberi tempat berteduh, dan dijaga agar tidak dimangsa oleh hewan lain. Pemimpin Islam pun akan memperlakukan rakyat yang menjadi tanggung jawabnya dengan sepenuh hati. Karena ia tahu bahwa kedudukannya itu kelak akan dihisab di hadapan Allah Swt. sebagaimana tercantum dalam hadis, Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda:
“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka, dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka.” (HR. Abu Dawud)
Seorang penguasa harus mampu menjadi perisai bagi rakyatnya. Ia berkewajiban menjamin segala kebutuhannya berupa makanan, kesehatan, memberinya tempat tinggal dan menjaganya dari berbagai bahaya yang mengancam. Sehingga rakyat yang dipimpinnya merasa aman, nyaman dan terlindungi.