Diksi “kucluk” dan “kentir” atau diksi negatif lainnya adalah brand community yang disematkan oleh kelompok kepada lawannya. Brand community ini juga sering disebut oleh Taute dan Sierra dengan brand tribe, yaitu komunitas yang terbentuk bukan atas kesamaan geografis. Namun lebih didasarkan atas hubungan sosial yang terstruktur karena kesamaan pandangan, hobi, penggemar, paham, agama, guru, atau kelompok tertentu. Fans klub sepakbola, fans Sahrini, fans (pencinta) habib pun, fans sepeda ontel, partai politik, organisasi kemasyarakatan, paguyuban atau lainnya bisa masuk kelompok brand tribe.
Mang Ro dan Mang Re, termasuk kita, mengidentifikasikan diri -meleburkan diri mereka kedalam brand tribe, yang didukung mereka. Bisa jadi Tulang Bo, Bibi Lu, Mpo Tuki, Kang Ben, uda dan uni, dan lainnya, dari latar belakang sosio ekonomi agama yang beragam, terhubung atas kesamaan ikatan emosional. Mereka kemudian membentuk jaringan antar individu yang heterogen. Brand tribe ini melahirkan loyalitas, kadang meningkat menjadi fanatisme buta.
Tidak hanya itu, Mang Ro dan Mang Re dengan kelompoknya masing-masing, mengorganisir diri dengan ikatan yang begitu kuat dan dibentuk secara sosial, psikologis dan politik. Kelompok (tribe) yang diikuti Mang Ro atau Mang Re ini, tak seperti paguyuban warga, kumpulan kongkong penikmat kopi atau paguyuban senam sehat jasmani atau paguyuban arisan ibu-ibu kompleks perumahan atau paguyuban warga perantauan atau paguyuban ini-itu lainnya. Tribe yang diikuti Mang Ro atau Mang Re ini memiliki kepentingan politik, loyalitas yang fanatis, membentuk kesatuan kuat. Sekuat “iman”. Fanatisme tribe yang menumpulkan akal sehat. Yang tak masuk dalam tribenya, dianggap musuh. Namun kelompok, tribe, yang diikuti muncul pada saat tertentu saja. Beda dengan paguyuban yang langgeng. Sesuai selera anggota.
Baca Juga:Penyederhanaan Kurikulum dalam Pembelajaran di Tengah PandemiProgres Capai 96%, Komisi VII DPR Kunjungi PLTGU Jawa-1
Kesamaan pilihan tersebut membentuk ikatan emosional diantara para pendukung diksi “kucluk” dan “kentir”. Ikatan emosional yang melahirkan segmented yang mengikat anggotanya/pendukungnya. Masing-masing pengikut diksi “kucluk” atau “kentir” mengorganisir diri dalam sebuah organisasi terstruktur sebagai sebuah social structure. Struktur sosial yang didasari kesamaan paham, pikiran, tujuan, ikatan emosional yang menyatukan anggota satu tribe, melahirkan kemampuan membangun harmoni dan hidup Bersama. Mang Ro atau Mang Re pun akhirnya terjebak dalam sebuah militansi tribe yang melahirkan laku memusihi orang/kelompok yang berbeda dan paranoid ancaman terhadap kelompok atau tokohnya. Inilah yang disebut Sierra, watak sebuah tribalisme, defense of the tribe.