Tebus Murah di Operasi Pasar Murah, Rakyat Tetap Gerah

Tebus Murah di Operasi Pasar Murah, Rakyat Tetap Gerah
0 Komentar

Oleh Enok Sonariah
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan menyapa kaum muslimin di seluruh dunia, bulan yang paling dirindukan kehadirannya. Berbagai keistimewaan dan kemuliaan Ramadhan menjadikan umat bergembira menyambutnya. Namun sayang kebahagiaan seakan tidak utuh, menghadapi realita kehidupan yang kian bertambah beban. Menjelang Ramadhan kejadian berulang, harga kebutuhan sehari-hari selalu merangkak naik. Padahal sejak pandemi daya beli masyarakat sudah mulai turun.

Merespon hal di atas, Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bandung akan melakukan operasi pasar murah (OPM). Diharapkan dengan dilaksanakannya OPM, daya beli masyarakat meningkat apalagi di masa pandemi. Andaikan ada masyarakat berpenghasilan antara 2 juta rupiah sampai 10 juta rupiah, maka yang dibolehkan membeli di pasar murah adalah yang berpenghasilan antara 2 juta rupiah sampai 4 juta rupiah. Demikian pandangan dari Kepala bidang Perdagangan dan Luar Negeri Disperindag, Perdana, yang diistilahkan “tebus murah”. (PojokBandung.com 15 Maret 2021)

Jika kita amati OPM yang digelar pemerintah, tidaklah efektif meningkatkan daya beli masyarakat, sebab setiap tahun OPM dilaksanakan, setiap tahun pula harga pangan mengalami kenaikan, bukan hanya di masa pandemi. Ketika OPM digelar yang bisa merasakan manfaat sesaat hanyalah sebatas lokal, tidak merata secara nasional. Itupun yang memiliki uang. Sedangkan yang tidak, walaupun harga dibawah pasar tetap saja tidak akan mampu membeli.

Baca Juga:Penanganan Sampah yang Tak  Kunjung TuntasIndustri Tekstil Majalaya, Riwayatmu Kini

Kalau pembeli pasar murah adalah yang berpenghasilan 2 juta rupiah sampai 4 juta rupiah, bagaimana dengan yang berpenghasilan di bawah 2 juta? Atau bahkan tidak berpenghasilan samz sekali karena PHK, sakit atau karena sudah renta? Selain itu seringkali OPM tidak tepat sasaran, karena diborong oleh yang bisa dikatakan sudah mapan.

Kebijakan OPM seperti halnya pemadam kebakaran. Bila harga-harga sudah mulai tinggi, baru ada OPM. Masyarakat selalu dibikin was-was dan gerah. Harga-harga seperti dipermainkan. Suatu waktu harga bawang putih bisa melambung tinggi, lain waktu harga cabe rawit sangat menggigit. Kapan rakyat bisa menikmati harga-harga murah terjangkau sehingga mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya? Berkali lipat sudah berbagai harga naik seolah tidak ada kendali. Apa yang menjadi penyebabnya? Karena hal ini bukan terjadi di masa pandemi saja, tapi jauh sebelumnya. Pandemi semakin memperparah kondisi ekonomi yang sebelumnya sudah parah. Pengangguran, kemiskinan tambah tahun bukan berkurang tapi terus bertambah.

0 Komentar