Ramadhan Spesial 1442 H (bagian 1)

Ramadhan Spesial 1442 H (bagian 1)
0 Komentar

Oleh:

1. Drs. H. Priyono, M.Si.
(Wakil Dekan I Fakultas Geografi UMS)

2. Haitami, S.Pd ( SMAN 3 Putra Bangsa Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh)

Puasa Ramadhan 1442 H memang spesial, karena Ramadhan tahun ini berada dalam suasana wabah covid-19 yang belum kunjung reda. Meskipun beberapa sekolah telah dizinkan menggelar tatap muka di kelas, akan tetapi dengan perlakuan khusus dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Di banyak negara masih dicekam ketakutan karena kondisi pandemi belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda, bahkan di Jakarta yang sebelumnya kasus Covid-19 sempat melandai tetapi akhir ini naik lagi dan berita yang baru saja kami terima, beberapa kecamatan di lingkungan Karesidenan Surakarta juga mengalami kenaikan per hari 84 orang terinfeksi per kecamatan.

Hal ini membuat Pemerintah melarang rakyatnya untuk mudik di hari lebaran, Bila nekat mudik, mereka akan dihadang petugas gabungan. Selain di jalan arteri, petugas akan melakukan penyekatan di jalan tol dan tes swab antigen di rest area jalan tol. Menghindari akan terjadi ledakan kasus covid-19 yang mengkhawatirkan karena kerumunan orang, maka sejak sekarang sudah diterapkan larangan mudik. Hal ini adalah satu keniscayaan mengingat kasus yang sama telah terjadi di penghujung tahun 2020, dimana pasca libur panjang Natal dan Tahun Baru jumlah kasus covid-19 menunjukkan angka yang signifikan. Jadi dampak larangan mudik, mereka akhirnya menggunakan kesempatan hari hari ini untuk pulang secara mandiri sebagai obat rasa kangen terhadap keluarga dan handai taulan yang ada di desa kelahiran. Kita lihat saja nanti saat lebaran apakah rakyat akan mengurungkan niatnya untuk pulang atau mencari jalan alternative untuk pulang.

Baca Juga:Dir Gardiklat: Posisi AGPAI Strategis Kuatkan PancasilaMeraih Sukses di Bulan Ramadhan

Dalam kontek kajian mobilitas, benar apa yang menjadi temuan Mantra dalam disertasinya yang berjudul mobilitas penduduk pada masyarakat padi sawah, kasus di dua pedukuhan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada masyarakat dengan kultur yang sama baik kultur pertanian, adat istiadat, dll akan memiliki kebiasaan yang sama bahwa orientasi mobilitas suku Jawa terutama, tidak semata untuk tujuan ekonomi tetapi juga yang lebih akut adalah untuk tujuan silaturahmi sebagai bagian dari ajaran agama maupun kultur, yang hingga kini masih lestari. Kuatnya persaudaraan diantara mereka maka seakan pulang dengan rotasi tahunan seakan menjadi wajib. Jadi ketika terjadi wabah saat ini maka merekapun tetap akan pulang dengan mengambil waktu yang lebih awal.

0 Komentar