Meskipun melalui kisruh yang bergulir dalam internal partai Demokrat itu sendiri, kubu KLB pun pada akhirnya tetap menyerahkan hasil KLB dua pekan pasca KLB tersebut kepada pemerintah agar segera disahkan. Namun, pada 31 Maret 2021, akhirnya diputuskan bahwa Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) secara resmi menolak hasil KLB yang diketuai Moeldoko. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menkumham Yasonna Laoly dalam konferensi pers daring yang didampingi Mahfud MD selaku Menko Polhukam. Dengan penolakan ini, Partai Demokrat secara resmi masih dipimpin Ketua Umum AHY hasil Kongres 2020, didampingi ayahnya SBY selaku Ketua Majelis Tinggi Partai. (CNN Indonesia:2021)
Terlepas dari penolakan hasil KLB oleh pemerintah, apabila kita membahas fenomena politik dalam skala yang lebih luas, apakah aksi kudeta yang dilakukan Moeldoko hanya semata kepentingan internal Partai Demokrat untuk menggulingkan AHY demi mengakhiri politik dinasti? Atau justru ada tujuan yang lebih besar dibalik aksinya yang merupakan “strategi dari istana”?
Persiapan Karpet Merah
Mengutip Andri Wang dalam buku The Art of War: Menelusuri Strategi dan Taktik Perang ala Sun Zi, dalam bab “Taktik Menyerang”, ada nasihat Sun Tzu yang begitu menarik. “Orang yang pandai berperang akan mampu mengalahkan musuh tanpa perang.” tulisnya. Dalam konteks perebutan kekuasaan politik, nasihat Sun Tzu tersebut dapat kita lihat dalam strategi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) sejak 2015 lalu. Untuk memuluskan langkahnya menjadi Raja Arab Saudi, MBS disebut membungkam dan menyingkirkan pesaing dan lawan politiknya. Dua yang paling fenomenal adalah penahanan Pangeran Ahmed bin Abdul Aziz dan Pangeran Mohammed bin Nayef. Keduanya ditahan untuk diinterogasi karena diduga telah melakukan pengkhianatan. Menariknya, Raja Salman bin Abdul Aziz juga disebut ikut membantu melicinkan langkah anaknya tersebut. (Pinter Politik:2021)
Baca Juga:Gus Ahad: Dana PEN untuk Pulihkan EkonomiType Pashmina dan Piyama Paling Banyak Dicari
Jika kita membuka pandangan politik dengan skala yang lebih luas dalam memandang Pilpres 2024, ada kemungkinan terdapat pihak yang sedang menggunakan nasihat Sun Tzu dan strategi MBS, dimana kandidat-kandidat yang berpotensi maju di Pilpres 2024 akan ‘dihancurkan’ sedari dini. Lalu, kenapa AHY menjadi target awal? Sederhana, karena ia merupakan target yang dinilai cukup mudah. Dan jika benar strategi menyiapkan karpet merah tengah dilakukan saat ini, kita dapat melihat dalangnya pada sosok yang tidak begitu diserang dalam satu atau dua tahun ke depan. Namun, jika mengacu pada nasihat Sun Tzu bahwa perang adalah tipu muslihat, ada kemungkinan sosok tersebut juga akan diserang sebagai strategi kamuflase.