Rakyat semestinya menyadari bahwa sistem sekuler ini tidak akan sejalan dengan tujuan memberlakukan syariat. Ibarat minyak dan air tak akan pernah bersatu. Sebab selamanya kebaikan tak pernah bersatu dengan keburukan. Para penguasa itu sudah tak malu-malu lagi mengakui bahwa mereka adalah agen kafir. Menyerukan sesuatu yang berlawanan dengan akidah mereka, Islam, namun masih menyatakan dirinya sebagai Muslim.
Liberalisasi akidah makin banyak dijalankan dan menjadi kebijakan negara. Bahkan secara terang-terangan membawa publik mempraktikkan sinkretisme agama dan pelanggaran syara lainnya. Apakah mereka lupa bagaimana kesudahan satu kaum yang mendustakan agama bahkan menjadikannya sebagai bahan senda gurau, memilih ayat yang mudah dikerjakan membuang yang sulit.
Allah SWT berfirman,” Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan (ke dalam neraka), karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung selain Allâh dan tidak pula pemberi syafaat. Meskipun dia menebus dengan segala macam tebusan pun, niscaya tidak akan diterima itu darinya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka) karena apa-apa yang telah mereka lakukan. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan adzab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu” (QS Al-An’am 6:70).
Baca Juga:Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 43Banjir Terus Berulang, Bukti Gagalnya Sistem
Sikap menyepelekan ajaran agama, terutama Islam tumbuh subur dalam sistem pengaturan yang asasnya adalah sekular, sistem yang menempatkan hawa nafsu manusia bebas berbuat. Yang seharusnya membela agama dan mengajarkannya dengan sepenuh hati, tentulah Islam tidak menjadi bulan-bulanan.
Moderasi Islam pun sejatinya muncul dari sikap menyepelekan agama, para pemuja sinkritisme menganggap hal ini lumrah, padahal sungguh kezaliman yang sangat. Jelas akidah akan terguncang, sebab tak mendapatkan gambaran yang benar tentang agamanya. Islam sudah sempurna tak perlu lagi disesuaikan zaman. Solusi terbaik adalah kembali kepada syari’at Islam secara totalitas, dalam bentuk penerapan ilmu.