Observer ini yang mengamati berjalanannya proses pembelajaran di kelas. Menariknya, di era pandemi covid-19 ini, pembelajaran berlangsung secara virtual. Tentu banyak masalah yang ditemui dan harus dihadapi guru di kelas. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) telah menampakkan sejumlah masalah dalam kelas. Masalah yang dimaksud adalah adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Antara keinginan dan fakta yang terjadi kerap berbeda.
Tidak suka dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi alasan utama salah satu siswa yang saya temui hari ini. Ia lugas mengatakannya. Rasa tidak suka ini ditambah sering ketiduran membuat siswa tersebut tidak paham pelajaran. Ujungnya, tugas-tugas tidak dikerjakan. Nilai rapor pun terancam merah alias tidak tuntas. Mengapa siswa tersebut tidak suka PJJ? Ia mengatakan tidak ada teman kalau PJJ. Beda belajar di kelas virtual dengan kelas normal yang secara fisik bertemu antarsiswa dan guru. Apalagi saat ber-google meet rata-rata offcam (tidak membuka kamera video). Bertemannya juga kurang seru, tambah siswa tersebut.
Siswa lain yang nilainya bermasalah , diperoleh fakta bahwa PJJ membuatnya ketagihan main game, baik yang offline maupun online. Nge-game online tak kenal waktu ini yang ditengarai membuat siswa ngantuk dan tidur saat PJJ. Tak heran bila fenomena ghosting terjadi. Siswa tidak paham materi pelajaraan secara virtual juga kerap ditemui. Guru matematika mengajar virtual. Ga virtual aja ga ngerti, apalagi virtual, Bu. Praktis tugas matematika kosong semua karena memang tidak dikerjakan. Demikian pula fisika dan kimia. Tiga momok ini yang disegani siswa. Siswa segan belajar itu. Nilai pun jadi korban. Tak ada tugas, tak ada nilai. Sesederhana itu. Kok bisa? Alasan salah satu guru, tugas tersebut untuk mengukur tingkat pemahaman, penalaran, dan penerapan. Jadi, tak menyerahkan tugas berarti tidak dapat nilai. Tak ada nilai, tak ada naik kelas, terancam gagal. PJJ dinilai menjadi momok.
Baca Juga:Masker Pencegah Covid-19 dan Perilaku ManusiaVaksinasi: Dari Harapan Tatap Maya Menuju Tatap Muka
Korban nilai berjatuhan. Ada yang mampu bangkit lagi dan memperbaiki nilainya. Ada yang berjanji akan berubah, namun ada juga yang memilih menyerah. Merasa tidak sanggup dengan tugas-tugas PJJ yang menurutnya terlalu banyak. Kalau sudah begini, lantas bagaimana?