Masjid Agung Baing Yusuf Saksi Sejarah Penyebaran Islam

Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta
ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRES MEGAH: Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta tampak berdiri megah.
0 Komentar

PURWAKARTA-Masjid Agung Baing Yusuf sarat akan sejarah penyebaran agama Islam di Purwakarta. Deretan kisah dan catatan jejak Islam di kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat ini, erat kaitannya dengan keberadaan masjid yang lokasinya tak jauh dari Kantor Pemerintahan Kabupaten Purwakarta tersebut.

Diketahui, masjid ini dibangun oleh Raden Haji Muhammad Yusuf atau lebih dikenal dengan Syekh Baing Yusuf medio 1826 untuk menyebarkan agama Islam.

Salah seorang pengurus Masjid Agung Baing Yusuf Kabupaten Purwakarta, RH Iing Solihin mengatakan, Syekh Baing Yusuf menyebarkan agama Islam secara lisan kepada warga atau sekelompok orang yang belum sempurna keislamannya.

Baca Juga:Larangan Mudik, Pengelola Bus MenjeritPesantren Kilat Bentuk Karakter Siswa Religius

Selain sukses mengislamkan para Badega Kerajaan Padjadjaran, juga tercatat sejumlah ulama besar berguru pada beliau. Yang tersohor adalah Syekh Nawawi Al-Bantani penulis kitab kuning tafsir dengan Bahasa Sunda dan Tasawuf Sunda yang akhirnya menjadi seorang Imam Besar Masjid Haram di Kota Suci Mekah. “Syekh Baing Yusuf sendiri merupakan keturunan ke-24 dari Kerajaan Padjadjaran Prabu Siliwangi,” kata Iing saat ditemui di Masjid Baing Yusuf, belum lama ini

Dirinya menjelaskan, pada waktu itu penyebaran agama Islam di wilayah Sunda begitu masif, akan tetapi masih banyak warga di Purwakarta (saat itu masih masuk ke wilayah Karawang), belum mengenal Islam secara utuh. Terutama para mantan Badega Kerajaan Padjadjaran yang tinggal di Kuta Waringin atau yang saat ini dikenal dengan nama Pasar Rebo, Purnawarman dan Sindangkasih.

Atas dasar itu Syekh Baing Yusuf memutuskan melakukan syiar, menyebarkan agama Islam di Purwakarta bersamaan dibentuknya Kota Purwakarta oleh pemerintahan Hindia Belanda. “Penyebaran agama Islam di Purwakarta ditandai dengan di bangunnya masjid ini sekitar 1926. Awalnya masjid ini terbuat dari kayu kemudian beberapa kali dilakukan renovasi, terakhir direnovasi pada 2011,” ujar dia.

Meski telah beberapa kali direnovasi, namun empat pilar penyangga yang berada di dalam masjid serta dua menara kubah pada bagian samping adalah ornamen yang tetap dipertahankan dan menjadi ciri khas dari Masjid Agung Baing Yusuf ini.

Syekh Baing Yusuf wafat sendiri diperkirakaan wafat pada 1854 Masehi dan dimakamkan di sekitar masjid yang dahulunya merupakan tempat mengaji para santri. Adapun saat ini kerap menjadi tempat berziarah umat Islam dari berbagai daerah. Bahkan saat ini menjadi lokasi wisata religi di Kabupaten Purwakarta.(add/sep)

0 Komentar