MURAQABAH

MURAQABAH
0 Komentar

Training untuk mendapat keteguhan ber muraqabah bisa kita dapatkan melalui ibadah puasa ini. Seperti kita sedang berwudhuk, ketika berkumur-kumur, kita bisa saja

meneguk air mencuri kesempatan untuk membahasi terongkongkan yang kering, jika itu dilakukan tidak ada satu pasang mata manapun yang mampu menjadi saksi, bahwa kita barusan meneguk air.

Namun mengapa kita tidak lakukan hal itu, padahal peluangnnya sangat besar. Jawabannya akan mengarak kepada satu yaitu “ Allah sedang mengawasi kita” atau nanti puasa kita batal. Tentunya pelajaran muraqabah dari bulan puasa ini, layaknya kita mampu

Baca Juga:Ketahanan Pangan Digempur Industrialisasi, Pemkab Pertahankan 86.000 Ha Lahan ProduktifKPAP Berbagi Berkah di Bulan Ramadhan

untuk mengimplementasikannya dalam sikap jujur. Sikap tidak curang dalam berbagai kehidupan bersama, sehingga tidak didapat adanya orang-orang yang dirugikan akibat kecurangan yang kita lakukan.

Meyakini akan pengawasan Allah (muraqabatullah) seyogyanya dapat dijakan perilaku kesehariannya kaum muslimin, karena latihan sikap tersebut didapat secara kontinyuitas setiap tahunnya pada setiap bulan suci Ramadhan. Karena tujuan puasa dalam bulan Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus saja. Allah secara gamabang menyatakan bahwa tujuan berpuasa adalah “La’allakum tattaqûn” agar kalian menjadi manusia yang bertaqwa. Agar

kalian takut kepada Allah.

Secara tersirat, Allah menghendaki dari orang-orang yang berpuasa agar mampu mengimplmentasikan nilai- nilai hikmah yang terdapat pada ibadah puasa, antara lain adalah keyakinan atas pengawasan Allah atas perbuatan-perbuatan makhluknya.

Jika pada kisah muraqabah diatas menceritakan akan perilaku rakyat jelata untuk ber-muraqabah, bukan berarti tidak ada kisah dari penguasa yang mampu ber-muraqabah.

Pada masa dinasti Umayyah ada salah seorang khalifah yang berkuasa pada sekitar tahun 99 H- 101 H. yaitu Umar bin Abdul Aziz seorang khalifah yang dijuluki sebagai khulafa ar-Rasyidun yang ke 5. Karena beliau seorang khalifah yang terkenal dengan zuhud, bijak dan adil. Dan sikapnya layak diteladani oleh para penguasa-penguasa lain. Seperti kehati-hatian beliau dalam

menggunakan fasilitas negara.

Seperti dikisahkan, ketika beliau pada malam hari masih duduk dikantornya untuk bekerja hingga larut malam, seorang anaknya memasuki ruang kantor ayahnya yang waktu itu kantornya hanya diterangi oleh lampu “cempor”, seraya berkata anaknya, “Ayah, izin saya akan menyampaikan amanat Ibu”, tiba-tiba Umar bin abdul Aziz memedamkan lampu cempornya yang sejak tadi menyala menerangai beliau bekerja. Sehingga anaknya bertanya, “Ayaah…kenapa kau matikan lampu itu?”, Seraya Umar Menjawab “Naak…. Lampu ini menyala karena ada minyaknya, dan minyak yang menyebabkan lampu ini menyala adalah minyak negara, ayah berani menggunakan lampu ini karena ayah bekerja urusan kantor. Sedangkan kamu datang kemari hanya ingin menyampaikan ibu, berarti bukan urusan negara. Untuk itu ayah matikan.

0 Komentar