“Kita bingung minta tolong dan mengadu kesiapa, KUD di sini tidak aktif, pemerintah daerah setempat juga tidak ada kabar, Pertamina juga seolah tak pernah menyentuh. Praktis sekarang bersama PNTI sedang ditempuh,” bebernya
Sementara itu, Nelayan lainnya, Sukara juga menyampaikan aspirasi dengan memberikan bukti perubahan minyak yang masih ada pada jaring miliknya. Selain itu ada juga bekas tumpahan minyak yang masih terlihat pada pelampung.
“Ini buktinya ada, bekas tumpahan minyaknya hitam. Pendapatan kita benar-benar menurun. Melaut juga susah karena kita nelayan tradisional, jadi kita melautpun di area pinggiran dan area yang terkena tumpahan minyak itu,” ungkapnya.
Baca Juga:Tertimpa Robohan Bangunan Sekolah, Tetangga Minta Ganti RugiAtasi Masalah Sampah, Rona: Konsen Upah Kerja untuk Jam Malam
Apalagi saat ini kendala-kendala lain juga dihadapi oleh para nelayan Antara lain, keberadaan banyaknya kapal yang disinyalir merupakan aktivitas PLTGU Cilamaya, serta adanya bekas tumpahan batu didepan Muara Sungai Cilamaya dari tongkang yang sempat terendam
“Ada batu itu di depan muara yang membuat kita juga kadang susah masuk. Belum lagi banyaknya kapal dan anjungan yang ada yang makin mempersempit area tangkapan kita, jadi kita makin sulit. Sudah sulit dengar yang di sebelah dapat kompensasi sedangkan yang di sini tidak ya ramai di sini,” ujarnya.
Pasundan Ekspres sendiri melakukan pengumpulan informasi secara langsung di lapangan dan mewawancarai nelayan. Dari data yang dihimpun ada lebih dari 400 nelayan baik itu pemilik kapal maupun anak buah yang berada di Dusun Muara Baru dan Muara Lama Desa Cilamaya Girang ini yang mengharapkan perhatian dari Pertamina ONWJ terkait dampak tumpahan minyak.(ygi/vry)