SETIAP negara yang memiliki sejarah kolonialisme, pernah dijajah, pernah terjadi genosida atau pernah menjajah akan selalu memiliki beban ‘dosa’ masa lalu.
Negara penjajah akan meminta maaf ke negara yang pernah dijajahnya. Ras dominan suatu bangsa akan meminta maaf kepada suku yang dijajah atau diperbudaknya.
Belanda minta maaf ke Indonesia dan selusin negara lainnya.
Inggris minta maaf ke negara-negara di dataran Afrika, Arab dan selusin negara lainnya.
Jepang minta maaf ke Korea Selatan.
Begitu pula Francis dan Spanyol. Juga negara-negara lainnya.
Baca Juga:Ramah Iklim dan Lingkungan, SMPN 1 Binong Kembangkan Smart Eco SchoolPemkab Subang Gelar Apel Siaga, Persiapan PPKM Darurat
Seakan negara-negara penjelajah dunia itu sudah melakukan kekhilafan. Biasanya, para pemimpin negara-negara itu meminta maaf juga membayar kompensasi.
Misal Belanda yang meminta maaf dan membayar kompensasi atas peristiwa pembantaian di Rawagede Karawang tahun 1947 lalu. Itu hanya sebagian peristiwa mencolok dari ratusan tahun kolonialisasi Belanda di bumi Nusantara.
Penjajahan, perbudakan dan genosida kemudian disadari sumber malapetaka kehidupan bernegara. Juga mencederai hak-hak dasar manusia. Pada umumnya didasari oleh motif ekonomi, politik, kekuasaan bahkan agama.
24 Juni lalu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau meminta maaf atas nama negara atas peristiwa genosida penduduk asli pribumi Kanada. Yaitu suku Indian. Ratusan bahkan diprediksi ribuan anak pribumi tewas dalam upaya pemaksaan alih bahasa, agama dan budaya dalam sekolah yang dinamai Marieval Indian Residential School.
Sekolah itu khusus bagi anak-anak asli pribumi Kanada. Anak suku Indian dipaksa “sekolah”. Agar pindah memeluk agama Kristen, berbahasa Inggris atau Prancis dan dipaksa meninggalkan identitas budaya mereka. Pokoknya harus ke-barat-baratan.
Tentu anak-anak itu menderita. Seperti menderitanya Nyai Ontosoroh di awal pernikahannya dengan tuan tanah bangsa Belanda. Yang dikisahkan apik dalam novel legendaris ‘Bumi Manusia’ karya Mas Pram.
Anak-anak Indian itu tercerabut dari nilai-nilai yang diajarkan nenek moyangnya. Meski si anak belum dewasa. Tetap saja batin tidak menerima. Linglung. Di sekolah itu pula mereka menerima perlakuan buruk. Penyiksaan hingga pelecehan seksual. Banyak yang kabur atau tewas karena penyakit.
Baca Juga:Gelar Training Camp untuk Siapkan Atlet Esports Hadapi Piala GubernurBupati Cellica: Angka Kesembuhan Covid-19 Diatas 93 Persen
Sekolah tersebut didirikan tahun 1899 sejak derasnya bangsa Barat: Inggris dkk mengalir berdatangan menduduki wilayah Amerika dan sekitarnya. Termasuk ke wilayah yang kemudian dinamai Kanada.