BULAN Juli ini, genap tiga tahun perempuan kuat ini memimpin Partai Beringin. Dialah Elita Budiarti. Ketua DPD Partai Golkar Subang. Yang resmi memimpin Golkar Subang sejak 3 Juli 2018 lalu melalui Musdalub.
Kemudian terpilih lagi untuk memimpin Golkar periode 2020-2025 melalui Musda Ke-X yang dikukuhkan pada 28 Juli 2020 lalu.
Mengapa saya harus menyebutnya perempuan yang kuat?
Pertama, tidak mudah bagi seorang perempuan untuk menduduki kepemimpinan lembaga partai politik. Apalagi sekelas Partai Golkar. Kecuali dia punya ‘nyali’, jaringan dan akomodasi yang kuat juga. Terbukti, di Subang hanya Golkar yang dipimpin seorang perempuan.
Baca Juga:Nasib Pedagang di Tengah PPKM Darurat Harus Jual Barang Berharga Demi KebutuhanKIIC Bagikan 3 Sapi dan 50 Domba
Kedua, Elita bukan dibesarkan dari perjalanan panjang keluarga politisi, seperti Ketua Golkar Subang pendahulunya: Imas Aryumningsih. Tapi Elita lama di birokrasi. Lama menjadi PNS. Bahkan mengawali karir sebagai PNS tenaga kesehatan. Beliau seorang bidan.
Ketiga, Elita pernah berada dalam tekanan luar biasa. Di bawah kepemimpinan Imas Aryumningsih. Elita, seperti kepala dinas yang tak diinginkan. Korban ketegangan politik dominasi Ojang dan Imas. Setelah Ojang terjerat hukum maka muncul tekanan terhadap Elita sedemikian rupa.
Hingga Elita menyadari, harus melawannya dengan terjun ke politik. Maka setelah dipindahkan hanya menjadi staf ahli bupati—Semua orang tahu, itu jabatan tanpa kewenangan. Tanpa kewenangan mengelola anggaran—Elita kemudian merapat ke ‘kandang banteng’.
Elita mencoba menawarkan diri agar PDIP memilihnya menjadi Wakil Bupati meneruskan ‘jatah’ PDIP. Bersaing dengan kandidat internal PDIP. Sebuah gambling politik yang sangat besar dan berisiko. Elita mulai total terjun ke politik. Mundur sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Bahkan berhenti tanpa uang pensiun.
“Saya sudah bulat untuk mengundurkan diri dari ASN dan fokus pada proses pemilihan wakil bupati. Saya yakin bisa kerjasama dengan Bu Imas,” kata Elita di tahun 2017 lalu.
Saat itu, Elita sudah masuk daftar bursa calon wakil bupati dari PDIP sisa masa jabatan 2013-2020. Setelah Ojang Sohandi sebagai kader PDIP ditangkap KPK pada 2016.
Ia mulai menunjukkan simbolisasi merah. Mulai pakai baju merah, spanduk nuansa merah, hingga kendaraan branding merah. Serba-merah. Ia pun mengakses jaringan pusat untuk membangun komunikasi dengan Bu Ketum Megawati. Tak lupa membuka jaringan dengan keluarga Soekarno.