Sebuah upaya yang sangat berani. Total dan pribadi risk taker. Kepribadian dan karakter seorang politisi sudah dimilikinya. Sebuah langkah yang mengejutkan publik Subang. Tentu ‘aktor’ zig-zag begini disukai media. Media darling.
Elita memang sudah terbiasa akrobat. Tergambar dalam karirnya saat masih menjadi PNS. Berpendidikan bidang kesehatan, pernah jadi Camat, Kepala Dinas Perizinan hingga Plt Kepala Dinas Kesehatan.
Tapi, yang saya saksikan sendiri, di mana pun ia menjabat selalu membangun silaturahim dengan para kyai. Memberikan santunan kepada anak yatum. Itu semacam sudah menjadi kebiasaannya. Kelak setelah menjadi Ketua Golkar Subang, kebiasaan itu lebih sering lagi dilakukan.
Baca Juga:Nasib Pedagang di Tengah PPKM Darurat Harus Jual Barang Berharga Demi KebutuhanKIIC Bagikan 3 Sapi dan 50 Domba
Lalu apa keberanian lainnya? Berani membela dan pasang badan untuk anak buahnya. Setidaknya saya dapatkan kesan itu dari anak buahnya di Dinas Perizinan (sekarang DPMPTSP) dan Dinas Kesehatan.
“Kami merasa nyaman, merasa dibela. Beliau memang sangat berani pasang badan untuk kami bawahannya. Banyak kejadian, beliau sendiri yang turun menghadapi,” begitu pengakuan salahsatu dokter yang pernah jadi bawahannya di Dinas Kesehatan.
Maklum, saat itu, di masa transisi kepemimpinan saat ditinggalkan Ojang, terjadi banyak ketegangan. Banyak perubahan struktural di internal dinas. Pergantian dari loyalis Ojang ke loyalis Imas.
Singkat cerita, ijtihad politik Elita di banteng merah pun kandas. DPP PDIP lebih memilih kader internal. Memilih Sekretaris DPC PDIP Ating Rusnatim melanjutkan ‘jatah’ kader PDIP di eksekutif. Tentu menjadi wakil bupati mendampingi Imas.
Tapi inilah mental Elita. Keberanian Elita. Tidak mundur. Maju terus. Ia belok, mendatangi beringin. Berteduh dan berharap bisa menjadi bagian memupuk beringin agar besar di Subang.
Lalu hilanglah warna merah. Semua menjadi kuning. Serba-kuning. Setelah jalan ke beringin terbuka lebar karena peristiwa hukum: Ketua Golkar Subang Imas Aryumningsih yang menjabat Bupati Subang ditangkap KPK pada 15 Februari 2018.
Imas ditangkap usai acara undian nomor urut pasangan kepala daerah. Saat itu sudah masuk tahapan Pilkada. Imas berpasangan dengan Sutarno dari kalangan militer Angkatan Udara, pangkat Kolonel. Otomatis sudah tidak bisa dibatalkan. Pasangan itu sudah tidak bisa diganti.