SUBANG-Akibat PPKM Darurat dari pandemi Covid-19, bisnis jasa angkutan melesu. Selain tidak ada penumpang yang hendak berpergian, semua kendaraan yang melintas juga menerapkan prosedur protokol kesehatan (prokes).
Terminal Tipe A Subang memperketat prokes bagi calon penumpang dan memberikan paket sembako kepada warga lingkungan sekitar, yang berprofesi sebagai tukang ojek, dimana penghasilan menurun karena tidak ada penumpang dari PO Bus.
Kepala Satuan pelayanan Terminal tipe A Subang Bambang Argo mengatakan, dalam PPKM dan pandemi Covid-19 ini, penurunan sangat drastis. Bahkan jika dilihat dari Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) PO Bus, perharinya penumpang dari Subang yang ke Jakarta hanya tiga orang, begitupun sebaliknya. Sementara untuk angkutan Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) elf, dan minibus, diperkirakan hanya 1-5 orang saja perharinya. “Sangat drastis penurunannya, jika melihat dari jumlah penumpang,” ungkapnya.
Baca Juga:Puan dan Airlangga Perang Baliho di DaerahPenampakan Koin Zaman Kolonial Belanda Gegerkan Warga Bandung Barat
Dari data yang ada, Argo menjelaskan, dari tahun 2021 Bulan Januari hingga saat ini, hanya 403 penumpang. Sedangkan pada tahun 2020 bulan Januari – Juli ada 650 penumpang. Hal tersebut lebih banyak tahun 2020, karena dampak PPKM Darurat, dan juga ramai di media sosial banyak paparan Covid-19 di sejumlah daerah mengakibatkan masyarakat enggan berpergian. “Ada dua faktor di tahun 2021 ini. Seperti dampak PPKM Darurat, hingga banyak paparan di luar daerah, sehingga masyarakat enggan berpergian,” jelasnya.
Argo mengatakan, banyak AKAP PO – PO bus dan supir AKDP yang mengeluhkan kondisi minimnya penumpang kepadanya. Aakibat paparan Covid-19, tidak hanya dikabupaten Subang namun di daerah lain juga terjadi hal yang sama. “Keluhan seperti itu hampir tiap hari. Kita minta mereka bersabar saja dengan kondisi saat ini,” ungkapnya.
Argo menghimpun bantuan secara swadaya dari para petugas Terminal Tipe A Subang, dengan memberikan paket sembako kepada warga sekitar yang menjadi tukang ojek. “Kita memberikan, kepada warga sekitar karena kebanyakan berprofesi sebagai tukang ojek. Penumpang dari terminal tidak ada, alhasil penghasilan mereka menurun. Ini bentuk perhatian dari kita,” katanya.
Sementara itu, salah satu ojek pangkalan Dedi (50) mengatakan, penghasilannya turun drastis, dikarenakan tidak ada penumpang yang biasanya memanfaatkan ojek ketika pulang dari Jakarta, Bandung dan luar daerah lainnya. “Sepi, biasanya sebelum ada Pandemi atau PPKM masih bisa buat dapur ngebul, sekarang dapat Rp30 ribu saja sangat susah,” katanya.(ygo/vry)