SUBANG-Ramadan menjadi momentum narapidana untuk semakin mendekatkan kepada Sang Pencipta. Berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Prihat Sumarna dan Yogi, narapidana di Lapas kelas II A Subang mengaku menyesali tindakan kelam di masa lalu.
YUGO EROSPRI, Subang
Pasundan Ekspres berhasil mewawancarai Prihat Sumarna dan Yogi, pekan lalu. Keduanya kini tengah asyik menjalani kehidupan yang lebih baik di dalam lapas. Apalagi di bulan puasa, semakin mendekatkan diri dengan Sang Pemilik Kehidupan.
Prihat Sumarna, lelaki berbadan gempal dan sekujur tubuh memiliki tato dari leher, hingga ujung jari. Dia sering menangis mengingat orang tuanya di bulan Ramadan.
Baca Juga:Harga Sayuran di Subang Merangkak Naik, Ini DaftarnyaSikat Gigi saat Puasa, Boleh atau Tidak? Ini Penjelasannya
Pria berumur 36 tahun warga Babakan Madang – Sentul Kota Bogor itu menceritakan hingga bisa dimasukan ke dalam bui. Dia bercerita dengan nada bicara kurang jelas karena ketergantungan narkotika.
Prihat merupakan preman di daerah Bogor. Sebagai anak punk yang ganas, suka menghajar orang, memalak dan menganiaya. Hingga akhirnya dia sering keluar masuk penjara.
Sebelum dilimpahkan ke Lapas Subang, Prihat sempat mendekam di rumah tahanan Kebon waru. Dia divonis sembilan tahun penjara atas kepemilikan narkotika jenis sabu-sabu.
“Saya ditangkap karena penyalahgunaan sabu-sabu,” ungkapnya.
Prihat baru menjalani tiga tahun penjara dari vonis sembilan tahun penjara. Dia berharap akan ada perkerjaan yang menantinya saat bebas nanti.
“Dulu malak orang dan pakai (narkotika, red) saya ngga ada kerjaan. Mudah-mudahan ketika bebas nanti ada suatu pekerjaan untuk saya di luaran sana yang halal,” katanya.
Kini Prihat terlihat alim, dengan pakaian gamisnya. Nampak saat mengikuti pesantren kilat Ramadan yang digelar oleh Lapas Subang. Dia mengaku tak pernah meninggalkan salat.
Selama tiga tahun mendekam di Lapas selalu selalu puasa. Dia ingin taubat atas apa yang dilakukanya ketika melakukan kejahatan.
Baca Juga:Lapang Bintang jadi Tempat Ngabuburit Favorit di Subang5 Kesalahan Cara Pakai Parfum Pria, Malah Bikin Tambah Bau
“Alhamdulillah sudah tiga kali puasa di lembaga pemasyarakatan, saya selalu penuh tidak ada yang bolong,” ungkapnya.
Saat bulan Ramadan seperti ini dia sangat rindu terhadap orang tuanya, apalagi ketika adzan berkumandang rindu kampung halaman.
Dia sudah digugat cerai oleh istrinya karena tindakan pidana yang dilakukannya. “Sudah cerai dengan istri, hidup terasa hampa. Hanya orang tua yang tersisa yang masih bisa menerima saya ketika bebas nanti,” bebernya.