“Apalagi, teknologi seperti Cinematic Camera Movement, Auto Framerate hingga Nightography membuat saya bisa menangkap alam Sumba secantik aslinya. Jadi, Galaxy S22 Ultra 5G ini memberikan balance antara quality sama efficiency,” tutur Andri.
Andri pun memberikan tips dan trik bagi para sineas dan filmmaker untuk mendapatkan scene yang epic menggunakan Galaxy S22 Ultra 5G. Berikut penjelasannya:
Maksimalkan Cinematic Camera Movement untuk Rekam Adegan Bergerak
Salah satu tantangan Andri dalam membuat web series ini adalah latarnya yang di alam. Jadi, Andri perlu banyak merekam dengan kondisi bergerak, mulai dari mengikuti para pemain yang berjalan menjelajahi Sumba, mengikuti para pemain berlarian bersama anak-anak di kampung adat, hingga merekam saat berada di dalam mobil.
Baca Juga:Film Pengabdi Setan 2 Dibuat Oleh Joko Anwar, Ini Tanggal Tayang dan SinopsisnyaPersiapan Mudik 2022, Forkopimda Subang Cek Jalur Mudik
Meski begitu, Andri tidak khawatir rekamannya akan menjadi shaky karena Galaxy S22 Ultra 5G memiliki teknologi Cinematic Camera Movement, jadi tiap rekaman yang dihasilkan smooth, stabil, dan minim getaran.
Cinematic Camera Movement ini pun menurut Andri perlu dimaksimalkan untuk membuat scene yang lebih hidup dan dinamis di dalam karya yang dibuat.
Tetap Pede Shooting di Bawah Sinar Matahari dengan Auto Framerate
Tantangan lainnya dari alam Sumba yang dihadapi Andri adalah mataharinya yang cukup terik di mana hal tersebut berpotensi membuat hasil rekaman menjadi overexposure.
Namun, Galaxy S22 Ultra 5G punya Auto Framerate untuk mendapatkan tingkat kecerahan yang sesuai ketika merekam, termasuk saat di bawah terik matahari.
Dalam hal ini, Auto Framerate mampu menyesuaikan fps dan shutter speed terhadap kondisi cahaya untuk mendapatkan tingkat kecerahan dan detail yang lebih baik, sehingga bisa mengabadikan alam Sumba yang terbuka, mulai dari Bukit Tenau hingga Pantai Walakiri, dengan begitu epic.
Maksimalkan Pencahayaan Alami di Malam Hari dengan Nightography
Selain alam, waktu juga menjadi tantangan bagi Andri. “Golden hour itu waktunya sangat pendek sekali karena hanya dalam hitungan menit, momennya bisa hilang,” ucap Andri menceritakan pengalamannya saat mengabadikan momen senja di Sumba.
Untungnya, keberadaan Nightography membantu Andri untuk capture sunset dengan penampilan seindah aslinya dan dengan waktu yang efisien juga. Fitur Nightography ini pun disebut Andri bisa memungkinkan para filmmaker untuk lebih memaksimalkan pencahayaan alami di lingkungan sekitar, khususnya saat keadaan minim cahaya atau low light.