Adapun tentang hakikat kepastian dan kebenarannya, jawaban terbaiknya adalah wallahu ‘a’lam (Hanya Allah Yang Maha Mengetahui).
Walaupun konsentrasi qiyam ramadhan serta ibadah kita tentu saja tidak salah jika berfokus pada kaidah dari kedua kitab tersebut,
Mencari Malam Lailatul Qadar susdah seharusnya pada malam atau tanggal berapapun di bulan ramadhan, terlebih lagi malam-malam akhir ramadhan.
Baca Juga:Pemkot Bandung Diminta Tak Ulur Waktu Pelantikan KepsekSiswa SDN 07 Terpaksa Belajar di Masjid, Sekolah Rusak Diterjang Banjir
Isyarat Nabi Muhammad S.A.W tentang Malam Lailatul Qadar
Kembali kepada hakikat, tidak ada manusia yang mengetahui kepastian waktu terjadinya Lailatul Qadar kecuali ALLAH S.W.T
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان
“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Aisyah radliyallahu ‘anha)
Kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan keterangan, dari Aisyah r.a berkata:
كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ{ هذا لفظ البخاري}
“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (H.R Al-Bukhari).
Dari Aisyah r.a, Imam Muslim meriwayatkan:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.” (H.R. Muslim)
Dalam shahihain disebutkan keterangan dari Aisyah r.a:
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ الله
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.”
Jika dilihat Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
Baca Juga:Tak Ada Penyekatan, Pemudik Lebaran 2022 Diimbau Lengkapi VaksinasiSambut Lebaran 2022, IOH Siap Berikan Pengalaman Digital Kelas Dunia
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan)”. (HR. Al-Bukhari dari Aisyah r.a)
Lebih dikhususkan lagi: malam ganjil sekitar/antara 7 (tujuh) hari terakhir dari bulan ramadhan tersebut. Beberapa sahabat Nabi, pernah bermimpi bahwa Lailatul Qadar tiba di tujuh hari terakhir.
Rasulullah SA.W bersabda:
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Hadit’s Riwayat Muslim:
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan.” (H.R. Muslim dari Ibnu ‘Umar radliyallahu ‘anhuma)