Rahasia Bongbong Marcos
Tenggelam 36 tahun, dinasti Marcos kembali berjaya di puncak kekuasaan Filipina. Dulu, Ferdinand Emmanuel Marcos berkuasa selama 21 tahun. Sejak tahun 1965-1986, dijuluki sang diktator-King Maker.
Kini anaknya, Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos memenangkan Pemilu atau ‘Halalan’ dalam Bahasa Filipina yang digelar kemarin, 9 Mei 2022. Kemenangan Bongbong disebut sebagai kemenangan karena kesabaran. Kemenangan karena media sosial. Kemenangan karena aliansi dengan Duterte.
Bongbong sabar meniti karir lagi dari nol. Tahun 1995 ia mencoba terjun lagi ke politik untuk nyalon anggota MPR tapi gagal. Tidak menyerah, nyalon anggota DPR provinsi, menang. Naik level nyalon wakil gubernur, menang. Dua kali pula jadi gubernur Provinsi Ilocos Norte. Provinsi dengan basis pendukung Marcos.
Baca Juga:Harga dan Spesifikasi Motorola Moto G82 5G, Cocok untuk yang Suka Streaming!Keutamaan Membaca Al-Kahfi di Hari Jum’at dan Malam Jum’at, Diterangi Cahaya!
Istri mendiang Marcos pun tidak diam. Tahun 1992 sudah berani nyalon presiden, tapi kalah. Lalu tahun 1995 berhasil menjadi anggota DPR provinsi. Pindah ke provinsi lain, menang lagi. Berlanjut nyalon anggota MPR, menang lagi. Rakyat Filipina perlahan melupakan kebijakan tangan besi Presiden Marcos. Ibu dan anak—Imelda dan Bongbong gencar membuat narasi bahwa era Ferdinand Marcos adalah era kejayaan Filipina. Tanpa malu, tanpa ragu.
Hingga tibalah massa digital, Imelda dan Bongbong menggunakan media sosial untuk membuat kampanye kejayaan era Marcos. Mereka menyebut kepemimpinan Marcos adalah kejayaan Filipina. Era pembangunan besar-besaran. Era kestabilan dan keamanan negara.
UU Darurat yang diberlakukan Marcos tahun 1972-1981 masa kelam bagi siapa pun yang membangkang kepada pemerintahan Marcos. Dibunuh, disiksa dan dipenjara. Bongbong menyebut UU itu dibuat untuk menyelamatkan negara dari pemberontak Islam garis keras dan komunis.
Rahasia Bongbong Marcos
Kini, kondisi Filipina yang tak kunjung membaik. Pengangguran meningkat, ekonomi merosot, jadi momen bagi Bongbong mengingat masa Marcos. “Phenak zaman Marcos tho”. Kurang lebih seperti itu kampanye Bongbong dan Imelda.
Ribuan video dibuat sejak tahun 2011. Disebarkan di media sosial. Kontra narasi bahkan mengada-ngada. Kemiskinan tinggi, tingkat pendidikan rendah, media tidak bebas adalah kondisi yang akan menyulitkan masyarakat mencari informasi yang benar. Pelan-pelan masyarakat percaya. Kampanye Bongbong selalu digelar streaming. Konten creator dikerahkan. Buzzer massif menguasai media sosial.