Beliau melanjutkan, “Allah berkata, ‘Maka Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka.’ Salah satu malaikat pun berkata, ‘Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan.’ Allah menjawab, ‘Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada sengsara orang yang duduk bermajelis bersama dengan mereka.’” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 6408 dan Muslim, no. 2689)
Dari hadits di atas, kita mengetahui bahwa keutamaan dzikir berjamaah sangat luar biasa, bahkan orang yang iseng tidak bermaksud duduk mengikutinya pun mendapat ampunan dari Allah Swt. Maka dari itu, sebagai pendidik, apalagi orang tua hendaknya kita membiasakan anak-anak kita untuk hadir dan cinta kepada majelis-majelis dzikir, baik itu peringatan haul, maulid ataupun majelis dzikir lainnya.
3. Bagian dari mengingat kematian*
Dalam peringatan haul yang diperingati adalah hari wafatnya seseorang. Khususnya di Pesantren Pagelaran 3 haul almaghfurlah Mama Pagelaran (KH. Muhyiddin) & KH. Oom Abdul Qoyyum Muhyiddin. Dari kegiatan tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa hidup yang Allah Swt kepada kita amatlah singkat dan terbatas.
Baca Juga:Kekasih Eril, Nabila Ishma Dicibir Netizen, Ini SebabnyaTensi Tinggi, Persib Bandung VS Bali United Berakhir Imbang
Oleh sebab itu, melalui peringatan ini kita hendaknya lebih merenungkan dan banyak mengingat akan kematian yang pasti datang. Rosulullah Saw. bersabda:
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad Saw bersabda : “perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan (yang dimaksud adalah kematian); tidak lah seorang hamba mengingatnya dalam keadaan sempit, (maka dengan mengingat kematian) akan meluaskannya, dan tidaklah seorang hamba mengingatnya di saat lapang kecuali (dengan mengingat kematian) akan menyempitkannya.
Maksud dari pada hadits di atas adalah, di saat kita sedang dalam keadaan sulit, sempit bahkan terhimpit dengan segala macam problematika hidup, hendaklah kita mengingat kematian.
Dengan kita mengingat kematian, kita akan menyadari bahwa cobaan yang ada sifatnya sementara serta yakin semuanya akan ada akhirnya. Maka dengan begitu, kita akan lebih mudah berserah diri kepada Allah Swt.
Di saat sandaran hanya Allah Swt, maka ketika itu pula Allah Swt akan melapangkan dada kita, beban terasa hilang dan masalah akan menemukan jalan keluarnya atas izin Allah Swt.