Catatan Harian Dahlan Iskan: Mas Bechi

Putra Pengasuh Ponpes Pesantren Shiddiqiyyah KH Muchtar Mukthi, Moch Subchi membelakangi wartawan.-humas kemenkumham jatim-
Putra Pengasuh Ponpes Pesantren Shiddiqiyyah KH Muchtar Mukthi, Moch Subchi membelakangi wartawan.-humas kemenkumham jatim-
0 Komentar

Begitu banyak pejabat tinggi yang datang ke Ploso. Yang lokal maupun nasional. Sipil dan militer. Dengan segala macam kepentingan.

Kian besarlah daya tarik pondok Shiddiqiyyah, Ploso.

Tapi lonjakan terbesar terjadi di tahun 1970. Menjelang Pemilu pertama di zaman Orde Baru. Saat itu Golkar harus menang. Partai-partai dianggap tidak berhasil memakmurkan bangsa. Partai-partai harus kalah: NU, Parmusi, PSII, PERTI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan PNI.

Untuk kemenangan Golkar itu dimunculkanlah operasi khusus. Opsus. Dipimpin arsitek rekayasa politik zaman itu: Mayjen Ali Moertopo

Baca Juga:Hewan Kurban dari Luar Daerah yang Masuk ke Kabupaten Bandung Barat Diketahui Terpapar PMKMalam Takbiran Idul Adha, Supermarket di Subang Penuh, Begini Trik Hindari Antri Saat Bayar

Dimunculkanlah ekstremis yang disebut Komando Jihad. Untuk kemudian ditumpas habis. Orang Islam pun ketakutan untuk tidak memilih Golkar.

Pola Opsus ini masih terus dipakai dalam beberapa Pemilu berikutnya. Tahap berikutnya sembilan partai itu harus diringkas menjadi dua saja: partai spiritualis materialis dan partai materialis spiritualis. PPP dan PDI.

Indonesia pun stabil.

Nama Muchtar banyak dikaitkan dengan Opsus ini. Karena itu pondok ini tidak pernah satu barisan dengan pondok besar Jombang lainnya.

Ia tidak NU juga tidak Muhammadiyah –hanya ubudiahnya lebih dekat ke NU. Kemajuan pondok Muchtar justru lebih banyak dikelompokkan di satu barisan dengan pondok al-Zaitun di Indramayu, Jabar.

Padahal yang lima besar di Jombang itu pun juga ada yang mendukung Golkar sejak awal: KH Mustain Romli Rejoso, Peterongan.

Di era itulah, di tahun 1970-an itu, berdiri bangunan bertingkat pertama di pondok Ploso. Di sebelah gubuk pertama. Gedung itu diberi nama Majmal Bahrain. Pertemuan dua samudera. Kelak nama itu juga menjadi nama perguruan tinggi di kompleks pondok.

Kebangkitan besar berikutnya ketika didirikan kelompok Shiddiqiyyah putri. Awalnya diberi nama panjang: Jamiyah Kautsaran Putri Fatinah Binti Maimun Hibbatullah Dewi Ratna Swari Shiddiqiyyah.

Baca Juga:Rayakan Idul Adha Hari Sabtu, Ratusan Jemaah Muhammadiyah Kota Bekasi Shalat Ied di 2 LokasiCatatan Harian Dahlan Iskan: Satindra

Berkembang pesat. Saya lupa mana yang lebih dulu: pembentukan Shiddiqiyyah Putri atau meninggalnya KH Musta’in Romli.

Waktu itu Musta’in juga seorang Mursyid. Dari aliran Tarekat Nahshabandiyah. Pengikutnya juga sangat besar. Mereka ini banyak yang beralih ke Shiddiqiyyah setelah sang Mursyid meninggal dunia.

0 Komentar