Catatan Harian Dahlan Iskan: Bisik-Bisik Keras

Catatan Harian Dahlan Iskan: Bisik-Bisik Keras (FOTO BERSAMA- Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo berfoto bersama keluarga besarnya dan para ajudan. Salah satunya Brigadir J dan Bharada E.-- )
Catatan Harian Dahlan Iskan: Bisik-Bisik Keras (FOTO BERSAMA- Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo berfoto bersama keluarga besarnya dan para ajudan. Salah satunya Brigadir J dan Bharada E.-- )
0 Komentar

Saya pun bertanya kepada bos pemilik dua media itu. Saya ingin mewawancarai wartawan yang langsung terjun ke lapangan.

“Namanya jangan dibuka dulu. Kasihan mereka,” kata bos di dua perusahaan media grup CT Corp. Saya memakluminya.

Sang bos sudah ke Mabes Polri: mengadukan perlakuan pada dua wartawannya itu. Polri menanggapinya dengan baik. Akan diselesaikan.

Baca Juga:Siapa Mau? Google Siapkan Program Pelatihan Lengkap Beasiswa Bagi Lulusan BaruHarga EMAS Hari Ini Melonjak Lagi, Bikin Ibu-ibu Bahagia

Walhasil upaya merahasiakan peristiwa besar ini sebenarnya berhasil. Awalnya. Tidak ada media yang bisa mengklaim ”kamilah yang pertama mengungkap”.

Saya ingat di zaman Orde Baru. Saat itu sulit sekali untuk bisa menjadi pertamax seperti itu. Wartawan sebenarnya selalu tahu secara dini peristiwa besar. Tapi takut menuliskannya. Tunggu keterangan resmi saja. Kadang ada. Kadang tidak.

Wartawan yang lebih dulu tahu biasanya hanya mampu menceritakannya kepada sesama wartawan, setelah mereka balik ke kantor. Maka kantin di kantor media itu asyik sekali. Wartawan yang pulang dari ”pos” masing-masing bercerita peristiwa apa saja yang ia dapat. Sebatas diceritakan. Tidak bisa ditulis.

Yang dimaksud ”pos” adalah tempat tugas si wartawan. Ada wartawan yang ”ngepos” di istana, di Mabes Polri, di Polda, di Polres, di pelabuhan, di kementerian keuangan dan seterusnya. Di situlah mereka ”berkantor”. Setiap hari. Mereka tahu apa pun yang ada di ”pos” masing-masing. Termasuk sisi gosip-gosipnya. Bahkan media seperti PosKota sampai punya wartawan yang ”ngepos” di Polsek-Polsek.

Karena itu media perlu punya wartawan banyak sekali. Mahal.

Media online tidak mau punya banyak wartawan. Penghasilan online tidak sebesar penghasilan koran di masa jaya.

Di zaman sekarang, ternyata cara merahasiakan peristiwa sensitif masih sama. Termasuk soal tembak-menembak polisi itu. Sampai tiga hari kemudian pun belum ada wartawan yang tahu.

Medsos juga masih bungkam.

Hebat sekali. Kalau itu di zaman Orde Baru tidak ada yang heran. Ini terjadi di zaman medsos.

Baca Juga:HEBOH Ikan Arapaima Gigas, Warga Temukan Usai Banjir GarutDPAC Partai Demokrat Kota Bandung Gugat Hasil Muscab

“Mungkin karena kejadian itu di satu rumah yang berada di kompleks perumahan yang tertutup,” kilah seorang wartawan.

Itulah sebabnya berita tembak-menembak itu baru diketahui justru dari konferensi pers. Resmi. Di Mabes Polri. Tanggal 11 Juli 2022. Sudah tiga hari setelah peristiwa.

0 Komentar