Selain itu, ia juga tidak menampik seni Jaipong dipandang lain oleh sebagian masyarakat. “Tapi memang kadang dikenal kuno juga erotis. Tapi itu tergantung sudut pandangnya, yang berpikir erotis, mungkin otaknya yah kotor!” katanya sembari sedikit tertawa.
Di antara gempuran tarian modern, ketujuh Srikandi Lodaya mengakui tetap bertahan dan semangat untuk terus menari. “Memang banyak sekarang dance modern yang digemari teman-teman tapi bagi kami harus terus semangat melestarikan tari tradisi agar tidak kehilangan identitas, dan kami juga terkadang mengajak para dancer untuk belajar juga seni tradisi,” bebernya.
Sementara itu, orang tua Hana, Elang Wahyu (56) sangat mendukung Srikandi Lodaya dalam pengembangan seni tari tradisi. “Saya dan orang tua para penari sangat mendukung Srikandi ini, karena itu jalan yang mereka pilih, dan kami sebagai orang tua hanya bisa mengarahkan mereka dan beruntung hingga saat ini para penari semakin berkembang hingga bisa tampil di berbagai daerah,” kata pria yang pernah bekerja di salah satu perusahaan rokok di Karawang.
Baca Juga:Meriahkan HUT Karawang, 389 Penari Jaipong Goyang KarawangRibuan Siswa SD Ikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer
Hana dikatakannya anak bungsu dari tiga bersaudara. Kegemaran Hana menari diakui orang tuanya sejak Sekolah Dasar (SD). “Sudah sejak SD dan terus diarahkan hingga saat ini bisa melatih di Sukaluyu,” ucapnya.
Elang menambahkan pihaknya tidak memaksakan kehendak anaknya untuk berkembang. “Kalau saya itu tidak memaksa Hana memilih menjadi penari tradisi dan sekarang kuliah juga seni tari,” sahutnya.
Namun, ia berharap pemerintah mampu memfasilitasi pengembangan seni tari tradisi. “Semoga pemerintah bisa memfasilitasi para seniman, penari tradisi untuk berkembang dengan membuat kegiatan megah para seniman lokal juga bisa menghadirkan sekolah-sekolah seni di Karawang,” pungkasnya.(use/vry)