Kebutuhan Guru dan Siswa Menjadi Akar Kebijakan Teknologi Pendidikan

Kebutuhan Guru dan Siswa Menjadi Akar Kebijakan Teknologi Pendidikan
IST PEMBICARA: Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menjadi pembicara pada sesi ‘Digital Learning and Transformation’.
0 Komentar

JAKARTA – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menjadi pembicara pada sesi ‘Digital Learning and Transformation’.

Sesi khusus ini menghadirkan para pemimpin negara yang menjadi pionir dalam hal pembelajaran digital.

Pada kesempatan ini, Menteri Nadiem menekankan bahwa kebutuhan guru dan peserta didik menjadi akar dari kebijakan teknologi pendidikan yang diterapkan di Indonesia.

Baca Juga:Kemenag Selenggarakan AKMI, 12.056 Madrasah Ibtidaiyah Ikut BerpartisipasiWajib Dicoba! Sensasi Berkuda di Negeri Dongeng Florawisata D’Castello

“Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia telah memulai transformasi paling progresif dalam sejarah pendidikan Indonesia. Kebijakan ini kami beri nama Merdeka Belajar,” sebut Mendikbudristek pada konferensi tingkat tinggi (KTT) Transforming Education yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Kota New York, Senin (19/9).

Sesi ‘Digital Learning and Transformation’ bersama para pemimpin negara bertujuan untuk mempromosikan solusi inovatif, kebijakan dan praktik yang memberdayakan, serta memastikan akses pendidikan digital di berbagai belahan dunia.

Dalam paparannya Mendikbudristek menjelaskan bahwa teknologi yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berpusat pada pemangku kepentingan.

“Filosofi desain teknologi kami berpusat pada pengguna. Kami mendengarkan guru, kepala sekolah, peserta didik, dan lain sebagainya. Alih-alih membangun produk teknologi yang kami pikir diperlukan, kami lebih berfokus pada apa yang sebenarnya mereka butuhkan,” terang Menteri Nadiem di hadapan para pemimpin negara-negara di dunia.

Berbagai platform teknologi yang dikembangkan Kemendikbudristek adalah platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, Kampus Merdeka, Kedaireka, belajar.id, Arkas, TanyaBOS, dan SIPLah.

“Kesemuanya itu telah digunakan oleh jutaan orang di Indonesia,” imbuh Menteri Nadiem.

Mendikbudristek menegaskan bahwa semua inovasi kebijakan dan platform teknologi hanya dapat dilakukan jika ada keberanian dan kemauan politik.

Baca Juga:Kwarcab: Pembuatan KTA Pramuka Sesuai Aturan, Akan Dilanjut Meski Jadi PerbincanganAnti Mainstream! Ide Kado Pernikahan untuk Pasangan Baru, Murah dan Bermakna

“Tanpa mandat dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk membangun sumber daya manusia, transformasi ini tidak akan mungkin terjadi,” tegasnya di akhir paparan yang disambut apresiasi luar biasa dari para hadirin.

Lawatan Mendikbudristek ke AS memiliki dua misi khusus. Pertama, untuk menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam hal transformasi sistem pendidikan melalui terobosan-terobosan Merdeka Belajar.

Kedua, untuk mendorong kerja sama baik di bidang pendidikan tinggi dengan sejumlah universitas maupun di bidang kebudayaan yang terkait dengan institusi riset dan permuseuman top dunia yang berkedudukan di AS.(rls/ysp)

0 Komentar