SUBANG – Setelah hampir dua tahun membangun fasilits penggilingan padi kapasitas besar, Perum Bulog siap mengoprasikan Moderen Raice Miling Plant (MRMP) atau sentral penggilingan padi modern di Kabupaten Subang yang berlokasi di Desa Kertajaya Kecamatan Tambakdahan.
Nantinya MRMP ini dilengkapi drayer (pengering) dengan kapasitas 120 ton per hari, miling (penggilingan) 6 ton per jam dan penyimpanan 3 unit silo dengan kapasitas 2000 ton.
Pembangunan yang sudah rampung dan akan segera dioprasikan ini salah satunya berada di Kabupaten Subang.
Baca Juga:Segera! Akan Ada Taman di Alun-alun PagadenSebelum Pesan Grab Food, Sebaiknya Tidak Pesan Makanan Ini untuk Layanan Delivery
Dengan adanya MRMP ini, kelompok tani gapoktan pelaku usaha penyedia barang jasa bisa kerjasama dengan Perum Bulog pimpinan Budi Waseso dengan sistem penggilingan modern, harapannya agar petani tidak terbelenggu lagi dengan tengkulak.
Dengan kehadiran MRMP di Kabupaten Subang ini tidak akan ada lagi tengkulak membeli gabah hasil petani dengan harga rendah, dan petani akan merasakan keuntungan dari harga gabah yang tinggi di pasaran.
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Subang, H Soleman Sidik, M.Si mengungkapkan, para petani patut gembira karena saat ini Subang sudah memiliki sistem penggilingan padi modern berkapasitas ribuan ton.
H Sulaeman menjelaskan, ada beberapa daerah di Indonesia yang dibangun sistem penggilingan padi modern ini, yakni Subang, Karawang, Batang dan Sragen.
Sistem penggilingan padi modern ini dibangun di daerah-daerah sentra produksi padi, di antaranya Subang. Dia menyebut, sistem penggilingan modern ini sudah tuntas dibangun dan akan segera beroperasi pada Oktober 2022 ini.
H Sulaeman berharap dengan hadirnya Bulog MRMPÂ dengan sistem penggilingan padi modern ini, bisa membawa manfaat yang dirasakan oleh para petani yang ada di Kabupaten Subang.
Selain mengolah gabah, mereka juga bisa sekaligus menjualnya di lokasi tersebut dengan harga sesuai pasar.
Petani yang akan menggiling gabah di Bulog MRMP minimal kapasitas 10 ton dengan kadar air gabah di angka 30 persen.
Baca Juga:Jemaah Umrah Terancam Batal Berangkat, Stok Vaksin Meningitis KosongMendapat Bantuan Dari KKP, Nelayan Bisa Deteksi Volume Ikan di Laut
Dengan menggunakan sistem ini, gabah yang baru dipanen bisa langsung jadi beras, tanpa harus susah menjemurnya.(dan/ysp)