SUBANG-Perjalanan hidup seseorang banyak lika-liku yang harus dihadapi. Tidak jarang seseorang harus menghadapi kenyataan yang pahit, untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Lurah Soklat Adang Soemantri Rahmat menjalani itu semua. Bahkan sebelum mencapai titik dimana menjadi pemegang kebijakan dalam suatu kelurahan.
Cobaan hidup yang dilaluinya, menjadi cambukan agar terus bisa menjalani dan bertahan dalam getirnya kehidupan.
Baca Juga:Cuaca Ekstrim, Waspada Penyakit PancarobaDemi Porprov, Bersatulah!
Dia bahkan untuk membiayai kuliahnya berjualan abu gosok, ikan asin, hingga menjadi supir angkot. Hal tersebut dilakoninya dengan kesunguhan hati.
Adang Soemantri Rahmat pria kelahiran Subang 20 Maret 1972 tersebut merupakan alumni SDN Sukajadi, SMPN 4 dan SMAN 2 Subang. Merupakan sosok yang ramah dan menyayangi keluarga, anak hasil buah cintanya dengan istri tercinta nya kini sedang menjalani pendidikan di sekolah keperawatan dan di sekolah menengah atas.
Adang mengatakan, dirinya lahir dari keluarga sederhana. Bahkan ketika menempuh pendidikan di Universitas Jendral Ahmad Yani (Unjani) Bandung, keuangan keluarga sempat ngedrop.
Ayahnya meninggal dunia, sehingga untuk membayar biaya kuliah pun sempat tersendat.
“Iya sempat ngedrop keuangan, itu ketika saya kuliah di Unjani,” ujarnya.
Adang mengatakan, tidak menjadi terhenti untuk menggapai pendidikannya, dan melakoni usaha apapun seperti menjual abu gosok untuk mencuci piring. Ketika pulang ke Subang dirinya menyambangi tempat penggilingan padi, di Kecamatan Sukasari untuk membeli kulit padi, dijadikan abu gosok,.
“Nah kalau balik ke Subang saya beli itu, bahan buat abu gosok. Sedih juga kala itu ketika membawa kulit padi sebanyak 2 karung dengan memakai motor. Ditilang oleh pak polisi, karena muatannya berlebih dan besoknya saya hanya membawa 1 karung saja biar ga kena tilang lagi,” ungkapnya.
Baca Juga:Demi Selamatkan Generasi Muda, Komitmen Tolak Peredaran Obat-obatan TerlarangBerikut Jadwal Seleksi Tes Tulis Seleksi Panwaslu Kecamatan di Subang
Adang tidak hanya abu gosok saja, dirinya pun sempat berjualan ikan asin. Dia membeli di perairan laut Subang, lalu dijual ke Pasar Caringin – Bandung.
Dirinya yang terus berusaha meringankan beban orang tua akhirnya berhasil. Selain memiliki uang untuk biaya kuliah, juga bisa memberi uang untuk orang tuanya.
“Otak saya terus berfikir mencari peluang, akhirnya saya ingin lebih lagi, lalu saya mencari pinjaman ke bank, dan saya beli mobil angkot,” ujarnya.