PURWAKARTA-Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) DR. KH. EZ. Muttaqien terus mewujudkan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah reguler. Salah satunya melalui program pengabdian kepada masyarakat berupa sosialisasi pendidikan inklusi kepada guru-guru maupun kepala sekolah.
Teranyar, STAI Muttaqien menyosialisasikan pendidikan inklusi kepada guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Plered dan Tegalwaru bertempat di TK Sejahtera Citeko, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, belum lama ini.
Sosialisasi ini bekerja sama dengan Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) Kecamatan Plered dan Tegalwaru yang merupakan kelanjutan perjanjian kerja sama (MoU) di antara STAI Muttaqien dengan IGRA Kecamatan Plered dan Tegalwaru.
Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) STAI Muttaqien yang juga narasumber pada sosialisasi tersebut, Annisa Purwani, M.Pd., mengatakan, pendidikan inklusi merupakan hak anak yang harus dipenuhi.
Baca Juga:Kasus Kanjuruhan jadi Pelajaran, Markus Ajak Suporter Bersikap Dewasa
“Sayangnya, belum semua sekolah menerapkan pendidikan inklusi, termasuk penyelenggara sekolah anak usia dini di wilayah Kecamatan Plered dan Tegalwaru. Karenanya, kami dan IGRA menggelar sosialisasi pendidikan inklusi ini,” kata Annisa kepada Pasundan Ekspres, Senin (17/10).
Diikuti sedikitnya 30 peserta, sosialisasi tersebut menjelaskan tentang pendidikan inklusi yang menggabungkan ABK dengan anak lainnya untuk mendapatkan hal yang sama.
“Peserta yang merupakan kepala sekolah, guru, hingga PPL ini diberikan materi tentang cara mengidentifikasi ABK. Kemudian cara mengasesmennya hingga bagaimana menindaklanjutinya. Termasuk berkonsultasi dengan orang tua ABK dan psikolog serta ahli terapis,” ujarnya.
Pihaknya juga menjelaskan tentang penempatan kelas untuk ABK juga penyesuaiannya. “Harus dipahami juga ABK ini bukan hanya anak yang memiliki kekurangan tapi juga anak yang memiliki kelebihan. Apakah nantinya kelasnya disatukan, dikhususkan atau disatukan pada jam-jam pelajaran tertentu,” ucapnya.
Diharapkan guru-guru dapat mengidentifikasi sejak awal, berkonsultasi dengan kepala sekolah dan memberikan pemahaman kepada orang tua ABK tersebut.
“Kemudian, setelah diberikan pemahaman bisa menghubungi psikologi untuk dipastikan perkembangan ABK tersebut. Bahkan, nantinya, saat bersekolah ABK ini wajib didampingi guru pembimbing,” kata pengampu mata kuliah ini.