Seperti Cina, negara G7 juga menargetkan Asia dan Afrika sebagai pasar energi terbarukan. Rupanya sudah mulai ‘didagangkan’ di KTT G-20. Tentu Indonesia jadi sasaran yang potensial. Sebab pembangkit listrik di Indonesia ketergantungan batu bara sebagai bahan bakar yang paling murah.
Batu bara Indonesia masih berumur 60 tahun lagi. Masuk 10 negara dengan cadangan terbesar di dunia. Tapi cadangan terbesar nomor satu dunia tetap Amerika. Mengapa mendorong energi terbarukan?
Ya Amerika selalu punya cara agar bisa dijuluki penyelamat dunia. Sebagaimana kita menonton film-film holywood. Selalu berusaha membangun citra: hanya Amerika yang bisa menghentikan ancaman kiamat dunia. Tidak lupa, di akhir akan muncul adegan kibaran bendera Amerika. Bebas saja, mereka yang bikin film. Sebenarnya, propaganda itu selalu dijalankan hingga saat ini. Tidak hanya di masa lalu, saat perang dunia.
Baca Juga:DPMPTSP: Subang Investment Summit 2022 Peluang Besar BUMD Jalin Kerjasama InvestasiKopi BJB Subang
Peluang secara bisnis dalam energi terbarukan sudah ditangkap oleh BUMD Subang Energi Abadi (SEA). Inilah BUMD yang ngurusin layanan gas ke rumah warga. Sebagian warga di Subang kota sudah terlayani, di pelosok belum. Kini mereka mencoba bekerjasama dengan perusahaan produsen energi surya.
Mencoba memasarkan, agar industri pelan-pelan sudah menggunakan panel surya untuk alat-alat elektronik yang digunakan. Tentu industri dalam skala besar masih kesulitan. Biayanya akan lebih mahal. Tapi di papua sana, jangan heran, panel surya sudah dijual di toko bangunan, toko listrik, di pasar-pasar. Rumahnya sudah menggunakan listrik dari panel surya. Energi terbarukan.
Agenda penting selanjutnya, mendorong transformasi digital. Ini terjadi di segala sektor. Yang paling terasa, tentu dalam transaksi keuangan. Kita kedepan tidak akan lagi kesulitan bertransaksi di berbagai negara. Ini sudah dimulai.
Sesama negara ASEAN, sudah berkomitmen melakukan pembayaran cukup melalui Qick Respons Indonesia Standard (QRIS). Bank Indonesia (BI) dan bank central negara-negara di ASEAN sudah menyepakati mekanisme pembayaran digital ini. Maka bisnis penukaran uang terancam mati. Sebagaimana bisnis wartel dengan kehadiran internet.
Pemulihan ekonomi melalui bisnis berbasis digital (e-commerce) menjadi atensi bersama. Pelaku bisnis digital terbukti menjadi faktor pendorong pemulihan ekonomi yang cukup signifikan pasca-pandemi Covid-19. Konektivitas internet menjadi hal yang penting.