Pahlawan

Kang Marbawi
0 Komentar

Pojokan 126

Sudut pandang pemenang yang kemudian menjadi penguasa, selalu menjadi rujukan. Semua yang baik, bagus, superior, dan segala kelebihan, disematkan sebagai milik penguasa. Melahirkan culture hegemony sang pemenang! Sang penguasa bebas bertindak untuk memanfaatkan apapun untuk melanggengkan kekuasaan. Mewujudkan tirani! Sebaliknya pihak yang kalah, adalah demon, sesuatu yang berbahaya, menebar teror, biadab, licik, haus darah dan segenap tempelan negative lainnya. Tercetak tebal dalam wajah yang kalah. Menjadi stereotype culture. Pahlawan adalah mereka yang melawan demon. Walau kadang mereka sebenarnya membela tiran dan kepentingan. Pahlawan adalah milik penguasa.

Namun sudut pandang “pahlawan” pun dimiliki oleh yang kalah. Pahlawan adalah mereka yang melawan tiran, melawan pemenang. Tiran adalah penguasa yang biadab, menebar terror, licik, semena-mena dan segala hal negative lainnya. Pelawan tirani adalah pahlawan. Melahirkan legenda perlawanan. Yang kalah pun mengembangkan budaya perlawanan dalam berbagai bentuk. Arti pahlawan menjadi nisbi, dalam sudut pandang penguasa dan yang kalah.

Tak ada definisi pahlawan yang baku dan ajeg. Sebab sematan pahlawan, bukan tujuan. Sematan itu, adalah pengakuan dan penghormatan akan kiprah yang dirasakan manfaatnya. Bergantung sudut pandang dan penilaian terhadap kiprah sesorang yang disebut “pahlawan”. Bisa jadi penilaian akan kiprah seseorang yang disebut “pahlawan” tersebut berbeda pada sudut pandang pihak lain. Bagi seorang anak, sosok ayah dan ibunya bisa jadi adalah pahlawan. Bagi seorang siswa, bisa jadi gurunya adalah pahlawan. Dan seterusnya. Maka sematan “pahlawan” tidak menjadi universal dalam pengakuannya.

Baca Juga:Bencana Angin Puting Beliung di Karawang, Pabrik Penggilingan Padi AmbrukTim Catur Subang Tambah Lagi Perolehan 3 Medali Perak

Namun, berbagai posisi sudut pandang atas indikator “pahlawan” itu bertemu pada satu titik yang sama. Mereka yang disebut “pahlawan” adalah mereka yang dianggap rela berkorban dan berjuang untuk dan atas nama yang berkaitan (baik berkaitan secara langsung atau tidak) dengan posisi pemberi sudut pandang.  Kerelaan dan kemauan berjuang untuk orang lain tanpa pamrih adalah kata kunci penilaian bagi seorang yang disebut “pahlawan”. Keberpihakan adalah dasar dari seorang yang disebut “pahlawan”. Walau bisa jadi kadarnya bermacam-macam, bergantung sudut pandang.

0 Komentar