Man Jadda Wajada Paramadina

Man Jadda Wajada Paramadina
Saat menyampaikan presentasi tugas Thinking System.
0 Komentar

Saya pun harus siap dengan resikonya. Pagi bekerja sebagaimana jurnalis. Pekerjaan pokok memang ngedit dan mencari omzet. Tapi saya gak bisa diam, terus saja masih tertarik liputan lapangan. Untuk isu-isu tertentu.

Sore sampai malam ngedit berita, dilanjut mengerjakan tugas kuliah. Kadang jam 1 malam baru beres. Jam 3 harus berangkat ke Sadang-Purwakarta ngejar shuttle travel jam 5 pagi tujuan Mall PGC Jakarta. Lalu naik ojek ke kampus. Jam 7 harus sudah di kelas.

Sengaja tidak bawa mobil sendiri ke Jakarta, supaya bisa tidur di mobil travel. Pulangnya sama, harus kejar travel yang jam 5 sore tujuan Purwakarta. Begitu selama tiga semester. Untunglah, di tahun 2020 sudah ada shuttle travel dari Subang. Tapi di tahun itu, perkuliahan sudah selesai. Hanya sesekali saja ke kampus.

Baca Juga:BUMD Gaya BaruPipa Utama Perumda TRS Patah akibat Jalan Longsor, Dewas Minta Dinas PUPR Jabar Lakukan Perbaikan Permanen

Pernah juga naik mobil ekspedisi koran. Turun di Sadang-Purwakarta. Sering juga, tugas belum selesai. Harus lanjut buka laptop di mobil sambil jlag jlig jlug. Pernah pula nyobain naik bus ‘Warga Baru’ yang legendaris itu. Berangkat jam 4 subuh, nyampe Jakarta hampir jam 8. Otomatis satu mata kuliah tertinggal. Kapok!

Ah, hal itu biasa aja. Saya dengar ada dosen yang kuliah dari Subang ke Universitas Indonesia Jakarta. Jauh lebih die hard. Saya ingat-ingat lupa cerita itu. Belum pernah ketemu langsung dosen yang senasib itu.

Seru rupanya kuliah di Kampus Paramadina. Nama kampus jadi populer karena nama besar pendirinya: Prof. Nurcholis Madjid yang akrab disapa Cak Nur. Cendikiawan muslim ternama di Indonesia. Alumni Pesantren Gontor, doktor Universitas Chicago-Amerika. Satu almamater dengan Amien Rais dan M. Roem. Ketiganya menjadi pemikir Islam besar di Indonesia.

Cak Nur dikenal dengan slogan: ‘Islam Yes, Partai Islam No’. Meski akhirnya pandangan Cak Nur terhadap partai Islam berubah setelah lahir Partai Keadilan yang hari ini nernama PKS.

Cak Nur juga dikenal dengan pemikiran Islam yang liberal. Tapi itu julukan dulu, saat istilah ‘Sipilis’ masih sering diperbincangkan. Plesetan atau akronim dari sekulerisme, liberalisme, pluralisme dan sosialisme.

0 Komentar