NYONTEK,MASIH ADA DAN PANTASKAH?

HAJI UNTUK MENUJU SURGAMU
0 Komentar

Perilaku ini akan menimbulkan ketidakadilan dan akan menghasilakan nilai yang semu, yang tidak sesuai kemampuan mahasiswa dan akhirnya bermuara pada suasana akademik yang tidak kondusif. Pada suatu kesempatan , seorang dosen melakukan punishment yang tegas dengan memberi nilai E kepada mahasiswa yang kedapatan berbuat curang yang tertangkap basah atau lewat kerja CCTV di setiap rauang ujian yang oleh Institusi telah dimanfaatkan untuk monitoring pembelajaran, tidak hanya untuk pengamanan asset Universitas.

Kebiasaan buruk semacam ini bisa jadi sudah dimulai di tingkat SD,SMPSMU dan tidak mendapatkan perhatian yang serius bahkan bisa jadi perilaku dalam keluarga.

Disadari atau tidak bahwa kebiasaan buruk itu akan mendatangkan bahaya latent baik dalam jangka pendek maupun panjang. Bila mahasiswa melakukan nyontek dan menjadi kebiasaan maka akan menjadi karakternya yang akan dibawa sepanjang hidup.

Baca Juga:Sinyalemen Puji dan Sona Maju Pilkada, Koalisi Kebangkitan Indonesia RayaNikmatnya Hidangan Gombyang Manyung Khas Pantura Subang

Beberapa karakter lain yang akan menyertainya adalah kebiasaan mengambil milik orang lain tanpa izin, menyepelekkan, mengambil jalan pintas dan malas berusaha dan kerja keras , yang penting hasilnya.

Bisa saja karakter tersebut akan menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan sampai akhir hidup. Mungkin bisa terjadi bila kelak sudah dewasa dan hidup mandiri, maka kebiasaan menyontek akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari seperti mencuri karya orang lain, korupsi, managemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pendapatan tinggi.

Bukan hanya ulangan harian, semesteran bahkan ujian nasional pun tidak luput dari upaya mencontek. Dalam tingkatan yang lebih buruk, sering terjadi kasus mencontek karya ilmiah seperti dalam wujud membajak hasil penelitian orang lain, menyalin skripsi, tesis, ataupun desertasi orang lain dan mengajukannya dalam ujian sebagai karyanya sendiri.

Kampus adalah tempat untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai. Di titik inilah kebanyakan praktisi penyontek tidak menyadarinya. Mereka terlena dengan keinginan mendapatkan nilai bagus namun tidak mau berjuang untuk mendapatkannya, melainkan menempuh jalan pintas dengan menghalalkan segala cara.

Mereka bangga ketika mendapatkan nilai bagus meski itu bukan hasil kerja keras sendiri. Padahal, apalah artinya punya nilai bagus jika tidak memahami ilmu yang harusnya diperdalam.

0 Komentar