Pojokan 139, Keluhan Buya

Pojokan 139, Keluhan Buya (Kang Marbawi)
Pojokan 139, Keluhan Buya (Kang Marbawi)
0 Komentar

Kedengarannya mengada-ngada tapi cukup penting. Karena orang yang koceknya kosong, betapa pun dia, Pancasilais sehebat apa pun, akan masuk angin.

Soal ngisi kocek kosong ini rupanya menjadi pikiran para pemimpin bangsa ini.

Sampai-sampai Presiden Republik Indonesia perintahkan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk merumuskan konsep Ekonomi Pancasila.

Baca Juga:Bulan K3 Nasional, Dirut PLN Instruksikan Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Demi Pelayanan OptimalHarga Es Krim Mixue, Minuman Viral Pencari Ruko Kosong, Update Februari 2023

Agar kocek rakyat kebanyakan, bisa rutin terisi dengan adanya pemerataan, keadilan dan kesejahteraan dari hasil usahanya.

Harapannya, model ekonomi Indonesia tak condong ke sana ke mari. Entah ke kapitalis atau oligarkhi.

Tak seperti truk penuh muatan atau bus oleng, yang rentan tersungkur di saluran atau terjerumus di jurang.

Pasalnya, soal isi kocek rakyat Indonesia ini masuk dalam perhatian utama sila ke lima (5) Pancasila.

Keadilan dan kesejahteraan sosial ini, masih “yatim piatu”, begitu keluhan Buya Syafi’i Ma’arif. Dalam pikiran almarhum Buya Syafi’i, Pancasila tanpa keadilan dan kesejahteraan sosial, akan tak bermakna.

Rumusan model Ekonomi Pancasila ini ditujukan agar rakyat Indonesia kelas menengah ke bawah bisa mengisi koceknya dengan merata.

Tak berhenti di tengah jalan, terus rutin mengalir sampai jauh, walau tak berlimpah.

Baca Juga:Samsung Galaxy S23 Ultra 5G Harga dan Spesifikasi, Lengkap Keunggulan Fitur Kamera EpicnyaGame Minecraft Asli, Update Februari 2023 Link Download di Sini

Bolehlah menegaskan kembali, bahwa ekonomi Pancasila itu, berarti memberikan akses ekonomi untuk semua rakyat.

Dengan prinsip berkeadilan, berperikemanusiaan, ramah lingkungan, tak monopoli atau dimonopoli, terlindungi dan melindungi,

tak menjual asset sumber daya alam, pengelolaan mandiri, ada pendampingan, akses untuk berkembang, dan segala hal yang bisa menumbuhkan serta menggerakkan ekonomi rakyat kecil.

Walau tetap membutuhkan modal dan investor, tapi tidak kapitalis, yang serakah sampai akar-akarnya. Tidak sosialis, karena memang hampir tidak ada negara yang mampu mengurus ekonomi sendiri.

Seperti tukang ketoprak, melayani sendiri, dari mulai hulu hingga hilir.

Sederhana kata, ekonomi Pancasila mengatur agar, yang bermodal tak serakah, yang kurus kering modal, bisa hidup mandiri. Tak ada yang kemaruk dan rebutan.

Namun tangguh menghadapi pasar global yang berupaya bebas hambatan.

Ekonomi Pancasila, adalah ekonomi berdaulat dan mandiri. Tak gentar untuk memerjuangkan kepentingan ekonomi negara berhadapan dengan kepentingan asing.

0 Komentar