Berani berkata TIDAK! Untuk tak menjual kekayaan negara. Mandiri dalam kolaborasi dengan siapapun. Menguatkan dan mengembangkan potensi yang ada.
Kira-kira begitu persyaratan dasarnya, dari ekonomi Pancasila. Pengembangan ekonomi Pancasila, sejatinya meneruskan pemikiran Bung Hatta. Hatta menyebutkan, keberdaulatan dan kemandirian ekonomi rakyat.
Tantangan untuk merumuskan Ekonomi Pancasila ada di pundak Prof Yudian dan para punggawa BPIP.
Agar tak berat sendiri, ada baiknya, melibatkan banyak pihak.
Baca Juga:Bulan K3 Nasional, Dirut PLN Instruksikan Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Demi Pelayanan OptimalHarga Es Krim Mixue, Minuman Viral Pencari Ruko Kosong, Update Februari 2023
Selain para ekonom keluaran perguruan tinggi bonafide dalam dan luar negeri, para ekonom dan praktisi ekonomi pro rakyat, perlu juga di dengar keluhan para pedagang kaki lima, pedagang asongan, petani kecil dan segala profesi lainnya.
Sebab merekalah sebenarnya yang menjadi tujuan dari perwujudan keluhan Buya Safi’i.
Pojokan 139, Keluhan Buya
Siapa tahu dari mendengar keluhan-keluhan mereka, terbersit wangsit model ekonomi kaki lima rasa “Hotel Bintang Lima”. Entah bagaimana, merumuskannya.
Rumusan itu, hendaknya tidak terlalu akademis. Sebab pedagang kaki lima, asongan serta golongannya, tak pandai menerjemahkan bahasa-bahasa melangit.
Rumusan Ekonomi Pancasila, simple saja, memuat arah bagaimana ekonomi dijalankan sesuai asas-asas distribusi dan pengembangan ekonomi berkeadilan dan mensejahterakan.
Bagaimana yang punya kocek tebal mau mengucurkan, pundi-pundinya untuk mendorong dan menopang ekonomi kecil. Bagaimana seharusnya ekonomi kecil, mengelola kesempatan usaha dan permodalannya.
Bagaimana peran perbankan, perusahaan-perusahaan besar, Gubernur, Bupati, hingga Ketua RT (rukun tetangga)-RW (rukun warga) memetakan potensi ekonomi dan mengembangkannya.
Pengelolaan investasi berbasis kerakyatan dan kebersamaan.
Baca Juga:Samsung Galaxy S23 Ultra 5G Harga dan Spesifikasi, Lengkap Keunggulan Fitur Kamera EpicnyaGame Minecraft Asli, Update Februari 2023 Link Download di Sini
Seperti koperasi yang dianggap bisa jadi soko guru ekonomi rakyat kecil yang tertatih-tatih melawan pasar bebas.
Sejatinya, Koperasi bisa menjadi model investasi berbasis kerakyatan dan kebersamaan.
Penting juga dipikirkan oleh para ahli, bagaimana menghilangkan ketimpangan ekonomi dan pembangunan antar daerah.
Bukan dengan model Efek menetes ke bawah (trickledown effect) yang hanya menggemukkan kantong segelintir orang.
LIHAT JUGA: Pojokan 138, NU Biasa
Maka prinsip menetas ke bawah, dipastikan tak diinginkan, oleh pemilik kantong tebal. Bisa berabe jika kantong bocor, mana bisa gemuk!