Hal itu kentara pada pola komunikasi penyelenggara museum tiap kali menjelaskan koleksi museum kepada pengunjung.
Jika bukan lewat caption atau takarir(tekstual), informasi disampaikan secara oral oleh pemandu dengan cara-cara yang tidak banyak berubah dari waktu ke waktu.
Pemandu sekadar memberi penjelasan dan pengunjung sekadar menyimaknya. “Komunikasi semacam itu jarang menyentuh (apalagi mengaktivasi) perasaan dan tindakan pengunjung,” sambung Sahlan.
Lewat Main-Mind di Museum, Jalan Teater berupaya mendobrak kejumudan itu.
Dimaksudkan untuk mengeksplorasi ragam metode komunikasi interaktif dan pembelajaran kreatif di museum, garapan ini juga diharapkan dapat mengeksplorasi praktik-praktik pembelajaran di museum yang berpusat pada pengunjung.
Baca Juga:Gunakan Metode Kamaly, LPKA Gorontalo Berikan Pembelajaran Cepat Baca Al-Quran bagi Anak BinaanNonton Serial Open BO, Penampilan Seksi Ambar Diperankan Wulan Guritno
Konkretnya, pertunjukan yang berlangsung tidak hanya untuk ditonton, tetapi juga menunjukkan bahwa pedagogi alternatif museum sedang dipraktikan.
Sejarah dan pengetahuan bukan hanya diketahui, tapi lebih jauh dari itu dialami dan direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari mereka.