SUBANG-Sudah berbulan-bulan sejak di penghujung tahun 2022 hingga kini di awal tahun 2023 masyarakat di Dusun Langensari Desa Anggasari Kecamatan Sukasari, terendam banjir dengan ketinggian 20-80 centimeter.
Banjir tersebut, merendam dua pemukiman warga di RT 09 dan RT 10, dan merendam kurang lebih 250 KK serta 600 jiwa lebih warga yang terdampak banjir menahun tersebut.
Meskipun sering diterjang banjir, hampir seluruh warga yang bermukim di wilayah tersebut enggan untuk melakukan evakuasi atau mengungsi ke tempat aman, karena masyarakat memilih bertahan dalam situasi banjir tersebut.
“Kalau saya sih, gak pernah mengungsi, tetap bertahan di rumah aja walaupun rumahnya terendam banjir. Ya lebih baik di sini aja,” ujar salah satu warga RT 09 Dusun Langensari, Icem.
Icem pun terkadang mengeluh karena banjir tersebut menghambat aktivitasnya sehari-hari. Apa lagi Icem merupakan seorang pedagang.
Baca Juga:Lahan Pertanian Hancur, Banjir di Dusun Langensari Ubah Lahan Pertanian jadi Tambak IkanPrimkop Kartika Bagikan Sisa Hasil Usaha, Komitmen Sejahterakan Anggota
“Setiap harinya susah, aktivitas gak bisa pakai motor semua jalan terendam banjir. Apa lagi saya pedagang. Kalau mau belanja harus jalan sambil narik ember besar yang terapung di atas air, buat nyimpen belanjaan,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, walaupun rumah dan tempat usahanya terggenang banjir, tetapi ia selalu semangat untuk mengais rezeki, dan selalu bersyukur atas apa yang dijalanainya.
“Walaupun rumah kebanjiran juga ya alhamdulillah yang beli tetap ada aja walaupun ga banyak. Niat saya jualan, ya itung-itung memudahkan para warga yang terdampak banjir. Kalau mau beli apa-apa biar gak jauh juga,” terangnya.
Tak hanya menghambat aktivitas warga, banjir juga merusak perabotan seperti pintu, kursi, lemari, dan tempat tidur karena terus terendam oleh banjir. Banjir juga berdampak kepada kesehatan warga yang terkena penyakit alergi serta diare.
Selain itu, seorang pelajar SMP bernama Ibnu Sarif juga mengeluhkan kondisinya. Jika hendak berangkat dan pulang sekolah, dirinya harus berjalan kaki terlebih dahulu melewati genangan air yang dalam.
“Kalau sudah digenangan air yang dangkal, nanti sekolahnya pakai motor ke jalan raya. Sebelum banjir tinggi, motornya udah dititipin di rumah warga yang terkena banjirnya ga parah,” ujarnya.