Hasil Pertanian Tidak Diimbangi Pengendalian Harga, Petani Terancam Punah

Petani Terancam Punah
PEMASARAN: Hasil pertanian produksi petani Lembang yang dijual ke pasar.
0 Komentar

BANDUNG-Pertanian di Kabupaten Bandung Barat (KBB) diprediksi diambang kepunahan. Sebab, tidak ada regenerasi yang bersedia melanjutkan bidang tersebut dan bisa jadi petani terancam punah.

Apalagi saat ini, peran pemerintah hanya fokus membangun ekosistem pertanian seperti program Petani Millenial milik Pemprov Jabar dan Petani Zillennials milik Pemda KBB. Sementara ekosistem harga hasil pertanian tidak tersentuh sama sekali, sehingga komoditas pertanian dari petani lokal tidak memiliki kejelasan secara ekonomi.

Demikian disampaikan Praktisi Pertanian Lembang, Totoh Gunawan terkait hilangnya gairah masyarakat untuk bertani dan terhambatnya regenerasi petani akibat tidak adanya jaminan untuk harga komoditas hasil pertanian dari pemerintah.

Baca Juga:Pemkab Purwakarta Dorong Desa Miliki Produk UnggulanSantap Nasi Liwet dan Ikan Bakar Saung Xiathsu Maharyati

“Ada program Petani Millenial, Petani Zillennials. Kalau harga anjlok, yang nanggung, ya petani itu sendiri. Apalagi sebetulnya petani yang bertahan ini adalah petani zaman dulu. Kalau anak sekarang malas untuk bertani, karena tidak ada jaminan kesejahteraan untuk masa depan,” ucap Totoh yang juga pengelola Pasar Sentra Sayuran Garden City Lembang KBB, saat ditemui Minggu (12/3).

Ditambahkan Totoh, petani zaman dulu yang saat ini bertahan menekuni pertanian kebanyakan karena terpaksa. Selain tidak ada jenis pekerjaan lain, keahliannya pun hanya bertani agar bisa bertahan hidup. Meskipun tahu dan merasakan langsung, bidang pertanian tidak menjanjikan kesejahteraan bagi diri dan keluarganya.

“Makanya zaman sekarang orang tua tidak akan menyuruh anaknya bertani, paling menyuruh sekolah, kerja di tempat yang lebih menjanjikan karena kerasa oleh bapak-ibunya, menjadi petani itu susah, habis segala-galanya,” ujarnya.

Adapun program pemerintah yang mendukung bidang pertanian seperti bantuan pupuk bersubsidi hingga bantuan alat pertanian. Menurutnya, bukan tidak tepat tetapi, program tersebut tidak menjadi jaminan terwujudnya kesejahteraan dan masa depan gemilang bagi para pelaku usaha pertanian.

“Jangankan disubsidi, digratiskan saja pupuk itu kan. Bukan berarti bertani itu tidak ada biaya, tetap keluar biaya untuk biaya nyangkul, beli obat-obatan pertanian, dan lainnya. Artinya, memang harus ada jaminan untuk harga hasil pertaniannya itu, baru petani bisa merasa aman, nyaman dalam bertani. Tidak khawatir kalau harga komoditas anjlok,” terangnya.

0 Komentar